Mohon tunggu...
Lila Esty Nurani
Lila Esty Nurani Mohon Tunggu... Administrasi - -

Seorang karyawan yang senang membaca dan sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mencari Bahan Pangan Alternatif Pengganti Beras

21 Maret 2019   16:01 Diperbarui: 21 Maret 2019   16:21 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah anda pernah dengar istilah "One Day No Rice"? Anda yang berdomisili di Depok, terlebih yang bekerja di pemerintahan kota Depok pasti sudah tidak asing dengan istilah ini. Ya, One day No Rice awalnya merupakan program Pemerintah Depok yang pada waktu itu dipimpin oleh Walikotanya Nur Mahmudi Ismail. Tujuan dari program ini adalah untuk diversifikasi pangan, khususnya beras. Program ini telah mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari pemerintah pusat hingga kemudian menjadi program nasional yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian.

Kebiasaaan masyarakan Indonesia yang merasa 'belum makan' kalau belum makan nasi (padahal sudah makan kentang goreng plus burger, ubi rebus, singkong rebus, dll) menyebabkan konsumsi beras di Indonesia tinggi. Perbandingannya, Indonesia 114 kg per kapita per tahun, Malaysia 80 kg, Thailand 80 kg, China 60 kg, Jepang 50 kg, dan Korea 40 kg per kapita per tahun.

Beruntunglah kita yang tinggal di Indonesia ini. Di sini tersedia beraneka macam bahan pangan sumber karbohidrat yang dapat digunakan sebagai makanan pengganti nasi. Ada sagu, jagung, singkong, ubi jalar dan aneka umbi lainnya. Ada daerah-daerah tertentu yang mengkonsumsi  makanan tersebut sebagai bahan makanan pokok. Orang menyebutnya sebagai 'local wisdom' atau kearifan local.

Kementerian Pertanian sebagai kementerian teknis yang mengurusi kecukupan pangan bekerja keras untuk membuat bahan pangan alternatif tersebut menjadi menarik dan dilirik oleh masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan membuat bahan bangan yang 'biasa' tersebut menjadi istimewa karena kelebihannya.

Misalnya, ubi jalar ungu yang memiliki kandungan antosianin tinggi. Seperti diketahui, salah satu fungsi antosianin adalah sebagai antioksidan di dalam tubuh sehingga dapat mencegah terjadinya aterosklerosis, penyakit penyumbatan pembuluh darah. Antosianin bekerja menghambat proses aterogenesis dengan mengoksidasi lemak jahat dalam tubuh, yaitu lipoprotein densitas rendah. Para ilmuwan meyakini bahwa Antosianin dapat membantu mencegah penyakit tertentu, seperti kanker dan penyakit jantung.

Ubi jalar ungu ini sudah mulai dikembangkan di berbagai daerah. Selain digunakan sebagai kripik ubi, ubi jalan ini dapat pula dimasak dengan cara dikukus. Tekstur ubi jalar yang pulen serta rasanya yang manis sangat cocok digunakan sebagai pengganti nasi, bukan hanya sebagai kudapan. Jika anda penggemar makan mie, ubi jalar ungu ini juga mulai dikembangkan dalam bentuk mie. Tentunya mie ubi jalar ini kandungan ubi jalarnya tidak 100% karena kandungan gluten yang ada pada terigu tidak terdapat pada ubu jalar. Tujuan dari substitusi terigu dengan ubi jalar ini adalah untuk mengurangi ketergantungan terigu pada produk mie. Promosi mie ubijalar telah dilakukan melalui kegiatan pameran, baik tingkat lokal/daerah maupun tingkat nasional dan mendapatkan respons yang cukup baik. Kegiatan promosi harus terus dilakukan terutama kepada pihak UKM/Industri, agar produk mie ini dapat dikembangkan sebagai usaha komersial, dapat diproduksi dalam skala menengah dan besar untuk dapat dinikmati oleh masyarakat.

Bogor, 20/3/2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun