Mohon tunggu...
Lila Esty Nurani
Lila Esty Nurani Mohon Tunggu... Administrasi - -

Seorang karyawan yang senang membaca dan sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Eksploitasi atau Mengembangkan Potensi?

26 Oktober 2018   17:04 Diperbarui: 28 Oktober 2018   13:56 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari lalu sempat viral anak perempuan yg fasih menyanyikan lagu dangdut dengan cengkoknya. Si anak mengaku dari kecil mengidolakan Rita Sugiarto, sehingga banyak lagu-lagu dari penyanyi senior ini yang dihafalnya. 

Gadis cilik berusia 10 tahun, yang masih kelas 5 SD ini ternyata sudah terbiasa dengan lagu dangdut. Pada sebuah acara disalah satu stasiun televisi dimana anak ini  menjadi tamu, dia mengatakan bahwa sudah sering menyanyi dari panggung ke panggung di sekitar tempat tinggalnya, Situbondo. Pengakuan ini diamini oleh bapaknya yang saat itu jg dihadirkan sebagai tamu. 

Menurut sang bapak, anak gadisnya ini sudah mulai terlihat bakat menyanyi sejak kelas 2 SD, dan kemudian bakat tersebut diasah dengan dipandu oleh sang bapak. Hingga saat ini di usia yang masih tergolong usia anak-anak, gadis kecil ini sudah mulaibter biasa dengan panggung dewasa dan menyanyikan lagu-lagu dewasa. 

Di akhir sesi acara tersebut ada pembahasan mengenai eksploitasi anak. Saya masih kurang faham bagaimana pengkategorian eksploitasi anak. Apakah mengasah dan mengembangkan bakat hingga akhirnya diundang untuk 'sering' menyanyi itu dikategorikan eksploitasi?! 

Belakangan banyak anak-anak yang masih usia belia sering diundang 'manggung' meskipun masih sekitar daerah tempat tinggal. Salah satunya adalah pesinden cilik Niken Salindri. Anak kecil yg satu ini bahkan sudah manggung hingga ke luar negeri. Dia mengaku sangat menikmati perannya sebagai pesinden karena bisa mendapatkan banyak uang dari situ. Bentuk eksploitasi kah?!

Sebelumnya di tahun 2000an, salah seorang artis cilik kenamaan pada jaman itu pernah menghadapi isu yang sama, eksploitasi anak. Orang tua dianggap memanfaatkan popularitas dan kelucuan si anak dan menjadiakannya sebagai tulang punggung keluarga. 

KPAI sempat turun tangan, dan masalah akhirnya clear. Si anak diberikan haknya (sekolah dan bermain) di sela waktu 'manggung'. Jauh lebih lama lagi, di akhir tahun 80-an, saya mempunyai teman yang senasib dengan mereka. Waktu itu kami masih SD. 

Kelas 4 SD teman saya, sebut saja Reni, menjadi anak baru di sekolah kami. Reni ini anak 'istimewa' diantara kami. Di usianya yang masih belia, reni sudah nyanyi dari panggung ke panggung mengikuti jejak kakaknya. 

Suatu hari saya pernah tanya, 'kenapa ikut-ikutan nyanyi? Trus duitnya untuk apa?'. Sekedar diketahui, saat itu sekali manggung dia katanya dibayar 50rb-100rb. Uang yang cukup besar buat kami anak SD yang masih unyu-unyu. Kemudian dia pun cerita, kalau dia punya kewajiban membayar PDAM di rumahnya. Ternyata, tidak cuma Reni. Kakaknya pun punya kewajiban yang sama, yakni bayar PLN. Terus orangng tuanya ngapain aja?! Ya sudah lah, tidak usah dipikir. Itu kejadian sudah lama sekali. Dan bagusnya, dengan kesibukan manggung dan latihan nyanyi dengan grupnya, teman saya ini bisa menamatkan SD  meski dengan terseok-seok.

Kembali lagi ke soal eksploitasi anak. Mengembangkan bakat sejak dini itu baik, tapi bukankah akan lebih baik jika anak dibiarkan berkembang sesuai dengan usianya. Usia anak adalah usia dimana anak harus banyak bermain, bersosialisasi dan belajar. Kalau pun ingin mengeksplore bakat, ada baiknya orag tua tetap tidak melupakan hak si anak.

Bogor

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun