Pemilukada Brebes tentu tak seseksi pemilukada Jakarta yang akan dihelat kurang dari sepekan. Tapi meski tak seseksi jakarta intrik dan permainan kotornya setali tiga uang. Bedanya, warga Jakarta dengan pendidikan yang relatif lebih baik dari brebes serta jauh lebih melek media tentu memiliki integritas yang berbeda dengan warga Brebes. Brebes sebagai Kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah setelah Cilacap memiliki rapor merah dari berbagai lini, baik itu pendidikan, kesehatan maupun insfratruktur semua berwarna merah. Untuk yang terakhir ini, silahkan bertanya pada kawan-kawan anda yang kemarin baru saja mudik dan melewati daerah Brebes baik yang utara maupu selatan, karena kondisi jalannya sama saja. Sebagian besar masyarakatnya pragmatis. Lebih baik mengejar uang di Jakarta dari pada sekolah tinggi.
Sebagai Kabupaten yang luas Brebes bukannya tanpa SDA (Sumber Daya Alam) yang baik. Brebes punya banyak hal yang bisa dijual selain bawang merah yang saat ini kondisi petaninya sudah makin susah karena dipolitisir oleh importir nakal yang bergandengan mesra dengan pemerintah (tau sendirilah kita....kebijakan pemerintah masalah import). Di bagian utaraBrebes punya laut yang kaya dengan hasil lautnya. Sedang di bagian selatan brebes punya daerah pegunungan yang indah. Di bidang pertanian....sudah saya sentil di atas bukan?dipeternakan...siapa tak kenal telur asin dari brebes???
SDM brebes pun bukannya kelas tiga. Banyak orang pandai di Brebes. Maksud saya...sebenarnya secara kemampuan belajar, brebes memiliki putra-putri yang berpotensi. Hanya saja yang patut disayangkan..., hanya sedikit diantara mereka yang mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kebanyakan karena faktor ekonomi namun ada pula karena kesadaran akan pentingnya pendidikan rendah atau kombinasi keduanya. Fasilitas pendidikan baik fisik maupun pengajarpun masih pas-pasan. Sedikit bukan berarti tidak ada lho....akan tetapi tentu ini sangat tidak mencukupi untuk membuat suatu daerah maju. Mana ada investor yang mau melirik daerah yang kualitas SDMnya saja belum bagus. Agak kontradiksi dengan kalimat pertama di paragraf ini ya???cermati dulu perkalimatnya. Pasti anda paham maksud saya.
Meski dicap sebagai kabupaten miskin di Jawa Tengah sebenarnya Brebes bukannya tak punya mimpi. Brebes juga ingin berubah. Tidak ingin tertinggal dari kawan-kawannya. Tak ingin lagi punya rapor merah. Tapi yang saya rasakan betul..., brebes seperti bingung, brebes seperti orang linglung. Sistem birokrasinya semrawut. Hanya orang-orang yang punya kedekatan dan mau jadi penjilat yang bisa maju. Untuk sekedar jadi guru honorer saja...,kalau tak punya orang dalam jangan harap bisa tembus. Masyarakatnyapun apatis. Lha...bagaimana mereka mau peduli kalau untuk hidup saja mereka bingung mau makan apa. Belum lagi keinginan wilayah selatan melepaskan diri karena merasa dianak-tirikan. Laksana papuanya indonesia kalau orang sini bilang.
Brebes tak sampai sebulan lagi akan menyusul jakarta menghelat pilkada juga. Ada dua pasang calon, entah siapa yang lebih baik. Nanti akan coba penulis kupas. Yang pasti Brebes saat ini terengah-engah, nafasnya putus-putus. Brebes bukannya tanpa cita-cita. Tapi entah kapan itu bisa tercapai.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H