Pada hari minggu pagi saya dan teman-teman dari fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sedang asyik mengikuti CFD di dekat Bundaran HI. Seketika ada yang menarik perhatian kami, sebuah stand yang menurut kami unik. Jika sebuah stand biasanya identik dengan keramaian, maka berbeda dengan stand yang satu ini. Stand ini tidak ada suara sama sekali, karena memang stand ini adalah stand untuk belajar bahasa isyarat dari relawan BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia).
Di stand ini terdapat sekitar 5 orang penyandang tunarungu yang mengajari kami bagaimana cara berbahasa menggunakan isyarat tangan. Pak agus dengan sabar mengajari kami simbol-simbol abjad yang digunakan mulai dari huruf A sampai Z, selain itu kami juga diajari bagaimana cara menanyakan kabar, bagaimana cara berterima kasih, bagaimana cara menyatakan cinta dan lain-lain. Pak Agus tidak sendiri disini, beliau ditemani oleh Phieter Angdika, salah satu penyandang tunarungu yang masih muda sendiri dibandingkan dengan yang lainnya.Phieter juga tidak pelit dalam membagikan ilmunya, dia mengajarkan kami bahasa isyarat tentang nama-nama hari, bulan, tentang angka dan lain-lain.
Hal yang membuat saya kagum adalah, ketika melihat orang-orang ini mereka sangat senang ketika mengajarkan ilmu yang mereka punya pada semua orang dengan keterbatasan yang mereka miliki. Selain itu mereka juga tidak meminta imbalan apapun pada kami semua yang ingin bisa berbahasa isyarat. jadi, marilah kita melihat sisi lain yang dimiliki seseorang dan tidak terpaku dengan kekurangan yang orang lain miliki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H