Menyambut Pencanangan Gerakan "AYO LAWAN KEMACETAN" Di Kota Solo. Kota Solo yang adalah ibukota ex-Karesidenan Surakarta, bisa disebut juga sebagai salah satu kota di Indonesia yang mempunyai banyak ide-ide kreatif dalam berbagai hal positif. Terutama dalam hal gerakan-gerakan yang sifatnya membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Kota ini pernah dijadikan sarana memulai gerakan perjuangan kemerdekaan bangsa ini lewat olah raga. Itu terjadi, yaitu ketika masih dalam periode kolonial Hindia-Belanda, di awal 1930-an di kota Solo sudah diadakan pertandingan kompetisi sepak bola pertama yang membawa nama Indonesia demi menyaingi kompetisi-kompetisi serupa di bawah naungan federasi sepak bola Hindia-Belanda saat itu yang lebih banyak memberikan fasilitas bagi tim-tim sepak bola warga Eropa. Sungguh sebuah perbuatan yang berani yang diambil para pendiri PSSI ketika itu. Sebab di zaman itu segala hal yang berbau pergerakan yang mengarah ke penentangan terhadap pemerintahan kolonial pasti akan dihalangi dengan tangan besi. Seiring berjalannya waktu banyak pula berbagai kegiatan-kegiatan inspiratif yang diadakan di kota Solo. Di masa kini, dan dalam hubungannya dengan gerakan melawan kemacetan, kota Solo diharapkan juga untuk bisa menjadi salah satu sumber inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia yang tingkat kemacetannya terbilang parah. Di kota ini pada hari Minggu 21 Februari 2015 besok, tepatnya di lokasi CarFreeDay Jl. Brigjen Slamet Riyadi,akan diadakan pencanangan gerakan "AYO LAWAN KEMACETAN". [caption id="attachment_369936" align="aligncenter" width="480" caption="Suasana Kota Solo"][/caption] Mengambil Gerakan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Sebagai Inspirasi Gerakan Melepas Belenggu Kemacetan Di Seluruh Indonesia. "AYO LAWAN KEMACETAN" adalah sebuah gerakan, kesadaran bersikap (dan berpikir) yang tidak mudah untuk diwujudkan di alam nyata.... Sebab berbagai hadangan akan datang bertubi-tubi.... Mungkin bisa dibuat perbandingannya dengan masa-masa awal munculnya gerakan kemerdekaan Indonesia, di saat masih dalam masa pemerintahan kolonial. Halangan yang mendera sangat banyak di masa itu. Perlawanan terbesar datang langsung dari sang penguasa saat itu, sang pemerintah kolonial. Kata-kata seperti "Indonesia" dan "Merdeka" sudah pasti sangat tabu untuk disuarakan di tempat-tempat umum. Sebagai contoh soal, seorang ayah bisa saja mendapat surat teguran keras dari kepala sekolah anaknya dan bahkan terancam kehilangan pekerjaan, bila anaknya saat di sekolah menyatakan Indonesia sebagai vaderland atau tanah airnya. Itu bila sang ayah bekerja di kantor pemerintahan Hindia-Belanda. Terlepas dari itu, sebenarnya ada juga sisi lain yang menjadi salah satu halangan terbesar, yakni dari sisi mentalitas. Pola pikir sudah sedemikian rupa tertanam dan terbentuk di benak banyak orang ketika itu bahwa kata merdeka itu adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin untuk diwujudkan di alam nyata. Sebagai bangsa yang lama diatur bangsa lain, saat itu rasanya bisa dimengerti bila banyak warga asli Indonesia sendiri yang tidak percaya bahwa kemerdekaan itu pasti akan datang juga, cepat atau lambat. Dengan memiliki mentalitas sebagai yang terjajah seperti itu, rasanya sangat mustahil membayangkan bahwa kemerdekaan sebenarnya bisa diraih. Singkat cerita, waktu pun akhirnya menjawab.... Indonesia pun merdeka. Salah satunya disebabkan oleh adanya sebagian orang yang memiliki semangat super kuat untuk terbebas dari kungkungan bangsa lain, dan bertekad sangat kuat untuk bisa berdiri sendiri dengan menjadi pendobrak utama. Mereka inilah yang kemudian membagikan dan menyebarkan semangat yang sama kepada orang-orang lain. Dan menyadarkan orang-orang yang sudah patah semangat. Nah, dalam konteks Melawan Kemacetan, dibutuhkan pula semangat yang sama, yang dibarengi juga dengan upaya menghapus mentalitas "terjajah oleh kemacetan" yang sudah demikian akut. Pemikiran-pemikiran dalam alam bawah sadar yang menyatakan bahwa kemacetan itu sudah jadi bagian hidup yang tak akan bisa dihilangkan itu yang harus dilawan dengan kemauan kuat..... Soal bagaimana caranya? Yang terpenting adalah memulai terlebih dahulu menyebarkan penyadaran kepada setiap orang untuk mengganti pola pikirdari yang biasanya menganggap bahwa kemacetan itu adalah sesuatu yang lumrah dan sudah menjadi bagian dari hidup, dan tidak bisa dihilangkan, menjadi ke pemikiran yang baru. Yaitu bahwa kemacetan itu pasti bisa diatasi asal ada kemauan dan kerja keras, dan bahwa kemacetan itu bukanlah gaya hidup yang benar. Memang susah, tetapi sebaiknya dimulai saja dulu gerakannya, dan mulai dibiasakan cara berpikir bahwa hal itu (lenyapnya kemacetan) sangat mungkin untuk dijadikan kenyataan.... Oleh sebab itu, datanglah ke CarFreeDaybesok, Minggu 21 Februari 2015 di Jl. Brigjen Slamet Riyadi kota SOLO. Datanglah, dan dukung Gerakan "AYO LAWAN KEMACETAN".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H