Mohon tunggu...
Zulham Purnama Ridho
Zulham Purnama Ridho Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik Pesantren Modern di Kota Medan

#PegiatAntiRiba || Bapak dari 5 Keponakan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Selamat Jalan, Ai Ismul...

22 Desember 2013   05:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:39 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Innalillaahi wa innailaihi raaji’uun. Kabar duka, akhi kita Ismul Yaqin telah berpulang. Semoga antum bisa memaafkan kesalahan dan khilaf beliau.

Deg!

Tiba-tiba jantungku berdegup kencang. Dadaku bergemuruh tak karuan setelah mendapat sms dari salah seorang teman. Apa-apaan ini?? Hanya candaan, kan? Pasti hoax. Nggak mungkin pikirku. Bukankah ai Ismul baru menyelesaikan operasinya dan baik-baik saja? Ah, sepertinya ada orang yang berniat jahil untuk mengejuti kami. Mungkin ada orang yang bermaksud memberi surprise kepada kami yang ada di Surabaya ini. Menit-menit pertama tak begitu kuhiraukan walaupun ada rasa cemas yang menelusup.

Selang beberapa menit kemudian datang sms dari yang lain. Sms yang sama! Perasaanku semakin cemas. Kubuka Fb. Berderet status ungkapan belasungkawa kulihat disana. Terbukti sudah kekhawatiranku. Tangisku pecah. Bukan secara fisik, tapi pecah didalam dada. Ya Allah, ternyata itu sungguhan. Engkau benar-benar telah memanggilnya.

Seketika ingatanku mundur kebelakang. Dimana beliau, ai Ismul masih menjadi salah seorang pengurus asramaku di Gedung Indonesia II. Badannya memang tak terlalu besar, tapi sikapnya yang tegas cukup menyadarkanku bahwa beliau adalah orang yang cukup diperhitungkan dimarhalahnya. Tak banyak omong, selalu bekerja.

Semenjak duduk di kelas 3 KMI, ai Ismul telah menjadi salah satu senior ku di RDP (Raudhah Pos). Juga begitu, tak banyak omong.

Beliaulah salah seorang inspiratorku ketika masih di pesantren. Termasuk inspirator dalam berbahasa resmi. Siapa sangka, badannya yang kecil itu bisa menjadi penggerak bahasa pesantren. Tegas, berwibawa, tak pandang bulu terhadap hukum. Kagum melihatnya. Hingga aku pun terseret dalam energi positifnya. Menjadi penggerak bahasa periode 2011-2012.

Setelah ai Ismul lulus dari Raudlah, kabarnya hilang tak terdengar. Tenggelam bersama kicauan-kicauan santri. Hingga sampai aku yang akan lulus, barulah aku tau kalau ia di IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel.

Setahun kami jalani kehidupan di Kota Pahlawan ini. Bercanda, tertawa, seperti tak ada batas antara aku dan dia. Bahkan saling ejek bukan hal yang istimewa lagi diantara kami. Sikap tegas dan wibawanya dulu ditanggalkan begitu saja di Surabaya ini. Aku yakin, itu hanya efek dari pesantren.

Tiga bulan yang lalu, ai Ismul sakit. Ia berbaring lemah di ranjang Bang Abduh. Kudekati, lalu bertanya,

“Ai, antum kenapa?”

“Nggak apa-apa. Hanya demam”

“Beneran?”

“Iya..”

Selang beberapa hari, ternyata ai Ismul masih saja berbaring disana. Bahkan kulihat wajahnya semakin pucat. Dengar-dengar ternyata penyakitnya semakin parah. Sampai akhirnya ia harus pulang ke Medan untuk berobat lebih intensive.

Ini kabar mengejutkan yang pertama. Ai Ismul terserang tumor otak! Batinku terus beristighfar. Memohon doa agar beliau disembuhkan dari peyakitnya. Berharap agar ia cepat kembali ke Surabaya dan menyelesaikan kuliahnya dengan cepat.

Ternyata Allah berkehendak lain. Ia memanggilnya hambaNya malam tadi (12-12-13). Semua yang mendengar kabar ini serasa terpukul. Marhalahnya, CSSnya, pesantrennya, adik-adik kelasnya, terutama keluarganya.

“Selamat jalan, ai Ismul Yaqin. Hanya doa dan harapan yang dapat kami ulur dari sini agar segala amal dan ibadahmu diterima di sisi Allah Ta’ala. Sejatinya kita semua telah divonis mati oleh Sang Kuasa. Namun hanya waktu yang akan memberi jawaban. Kami pun akan segera menyusulmu. Tapi entah kapan. Hanya Allah yang tau.
Antum ingat mahfuzhot ini?

ولدتك امك يا ابن ادم باكيا
و الناس حولك يضحكون سرورا
فجهد لنفسك ان تكون اذا بكوا
في يوم موتك ضاحكا مسرور

Hanya ini kata-kata mutiara yang pantas disematkan untuk kepergianmu, Akhi. Lihatlah, dirimu sukses membuat orang-orang bersuka cita ketika engkau lahir ke muka bumi sedangkan engkau menangis keras. Namun ketika dirimu pergi meninggalkan kami, engkau sukses membuat kami menangis sedangkan engkau sendiri tersenyum manis"

#Kami_Yang_Sedang_Menunggu_Giliran

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun