Mohon tunggu...
Zulham Purnama Ridho
Zulham Purnama Ridho Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik Pesantren Modern di Kota Medan

#PegiatAntiRiba || Bapak dari 5 Keponakan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Wall’s Day; Rela di‘PHP’in Demi Setangkai Ice Cream

11 Mei 2014   23:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:36 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terbayang sudah di anganku, tangan menjepit tangkai es krim, sambil lidah menjilati esnya yang mencair. Sruuupp… Duh, pasti seger banget itu. Dinginnya udah kerasa membasahi dikerongkonganku. Udah lama banget aku nggak nyicipin es krim. Apalagi ini bukan sembarang es krim. Wall’s, Broohh..!! haha. Es krim yang seringnya kita jumpai di minimarket-minimarket atau mall-mall. Ya, walaupun ada juga yang menjajakannya di jalan-jalan. Tapi bagaimanapun, ini bukan es krim biasa. Tak ingin terlambat datang ke tempat yang telah ditentukan, aku segera bergegas menyiapkan diri. Mengajak teman-teman yang memiliki “hasrat” yang sama denganku. Dari kampus, kita ada 8 orang. 4 orang cowok dan 4 orang cewek.

Wall’s Day. Hari ini, 11 Mei 2014, PT. Unilever Indonesia punya “Hajatan” besar. Salah satu produk andalannya, Wall’s, mengadakan bagi-bagi es krim gratis kepada konsumen setianya untuk memperingati “Ice Cream Day” . Tak tanggung-tanggung, acara ini serentak diadakan di 8 kota besar sekaligus. Surabaya adalah salah satunya. Bertempat di Bungkul, pukul 06.00 WIB akan segera dimulai pembagian es krim gratis, begitu informasi yang kudapat beberapa hari lalu. Syarat yang tak boleh ditinggalkan adalah wajib memakai baju merah. Aku tak tau maksud syarat itu. Mungkin menyelaraskan dengan warna logo es krim tersebut. Dan inilah masalahnya; aku tak punya baju merah. Bukan, tepatnya baju merahku sedang kotor. Duh, kayaknya harapanku membasahi kerongkongan ini dengan es krim harus ditunda dulu, deh. Harapan yang mulai luntur *mendramatisir. Tak apa, yang penting datang. Masalah dapat nggak dapat, belakangan.

Sebelum berangkat, kuintip sekilas jalan Ahmad Yani dari asramaku yan  berlantai lima. Tampak orang-orang berduyun mengayuh sepeda dengan baju merahnya. Sudah nggak salah, pasti mereka mau ngambil es krim gratis. Duh, terkadang terselip juga rasa malu kalau memakai baju merah hanya ingin mendapatkan es krim gratis, hihi. Gini-gini, gengsiku besar, loh. Yaudah, aku mantap tak memakai baju merah. Biar tak dikira berharap es krim gratis.

Bersama ketujuh temanku yang sudah berseragam merah, kami mengayuh sepeda menuju Taman Bungkul. Belum sampai di jln. Raya Darmo, ternyata jalanan udah mulai sesak. Kendaraan bermotor dan sepeda bersisian. Tak ada yang bisa saling mendahului. Semuanya harus bersabar, walau klakson tak jarang dinyalakan. Setibanya di jln. Raya Darmo, awal-awal arus lalu lintas kelihatan lancar. Namun 20 meter kedepan, aku keliru. MACET TOTAL. Bukan hanya sepeda,  bahkan ada beberapa mobil dan motor yang terjebak didalamnya. Pastinya ini karena antusiasme warga Surabaya yang terlalu tinggi. Datang terlalu pagi, sehingga mobil dan motor yang masih berada di jln. Raya Darmo terjebak, tak bisa berbuat apa-apa. Benar-benar macet. Tidak seperti minggu-minggu biasanya ketika Car Free Day, walau sesak, tapi tetap bisa melenggang. Tapi kali ini tidak. Kulihat belakangku. Padat. Aku bersama teman-teman yang lain terjebak. Kami tak bisa melakukan apa-apa selain pasrah mengikuti arus lautan manusia berbaju merah ini.

Seumur-umur baru kali ini aku terjebak hebat bersama sepedaku. Biasanya, kalau di jalan raya, walaupun macet tapi aku tetap bisa menyempil bersama si imut Wim Cycleku dengan nyaman. Namun tidak untuk kali ini. Tak ada celah untuk keluar, berbelok, atau bahkan berbalik arah. Arrgghh.. Aku geram sekali. Hanya pasrah yang bisa kulakukan. Kulihat teman-teman yang lain, ternyata mereka merasakan “penderitaan” yang sama denganku.

Lebih dari 2 jam aku terjebak disana. Roda sepedaku hanya bisa bergerak sedikit-sedikit. Peluh mulai bercucuran dari dahi dan leherku. Sesekali kuusap. Panas. Aku letih bukan karena mengayuh sepeda, tapi karena menuntunnya dan berdiri terlalu lama. Aku tak habis pikir, sebenarnya apa sih yang terjadi sampai macet berular panjang kayak gini? Apakah bagi-bagi es krim sudah dilakukan di taman bungkul yang masih berjarak 500 meter lagi? Duh, pikiranku mulai kacau. Dahaga mulai menggoda. Perut tak mau diam bernyanyi. Tak ada lagi harapan pengen makan es krim. Yang kumau hanya satu; pulang. Tapi tetap aja nggak bisa.

Selang beberapa jam, terlihat ada sedikit titik terang. Aku mulai mendekati taman bungkul. Namun masalahnya aku tak akan bisa sampai ke taman jika masih membawa sepeda ini. Suasana masih seperti tadi, tak ada perubahan. Lautan manusia berbaju merah terus memadati jalanan. Maka tak ada pilihan lain. Segera kupaksa diri ini agar menepi, memarkirkan sepeda. Berbagai cara kutempuh. Mulai menyetop sepeda orang lain, bergesekan, sampai menabrak kecil sepeda mereka. Biarlah, mau mereka pasang wajah tak senang, wajah cemberut, yang penting aku mau memarkirkan sepedaku ke tepi. Berhasil! Kini perasaanku mulai lega. Eh, tapi belum 100%. Soalnya masih ada yang harus kami lakukan. Ya, jalan pulang. Berhubung jalan masih padat, maka kuputuskan untuk masuk ke taman. Kulihat 3 orang temanku sedang memarkirkan sepedanya juga. Mungkin mereka punya pemikiran yang sama denganku. Ya sudah, tak apa, bahkan aku beruntung, berarti ada teman buat ke taman.

“Loh, mana acara bagi-bagi es krimnya??” kulihat disekeliling, tak ada satu orang pun yang sedang menjilati es krim. Kulihat kebawah, tak ada sampah apa pun yang bertuliskan Wall’s. Heh? Aku bingung sendiri. Apa mungkin mereka-mereka ini makan es krim dengan bungkus-bungkusnya sekaligus?? Nggak, kan?? Trus, mana bukti kalau ada pembagian es krim gratis sebanyak 5000?? Usut punya usut, katanya, pembagian es krimnya itu bukan dilakukan di taman bungkul, tapi di KBS (Kebun Binatang Surabaya) berhubung mobil yang membawa es krim gak bisa masuk karena sudah dijubeli ribuan manusia. But, apapun itu alasannya, mau mobilnya nggak bisa masuk, sudah kehabisan, atau apalah, I don’t care!! Yang terpenting kalian telah membuatku jengkel! Aku rela panas-panasan, haus-hausan, lapar-laparan, desak-desakan, capek-capekan, dll demi setangkai es krim yang gak jelas.


Aih, mak... Aku di’PHP’in demi setangkai es krim!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun