Mohon tunggu...
Eva Gumelar PGSD KBM
Eva Gumelar PGSD KBM Mohon Tunggu... -

tak patah arang!!!!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Faktor dan Tahap Pembelajaran

9 November 2010   08:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:45 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setelah kita tahu bagaimana anatomi otak kita, berbagai lobus otak kita yang begitu rumit dalam bentuk yang sangat sederhana, kita tentunya hendak mengetahui cara kerja alami otak. Karena pada dasarnya otak bekerja tidak effektif jika dipaksa. Sebelum membahaas masalah siklus bio-kognitif, ada baiknya jika kita mengingat kembali untuk lebih memantapkan kita untuk melangkah yaitu apa saja dan bagaimana factor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran, dan bagaimana tahap pembelajaran.

Faktor-faktor Pembelajaran

Pembelajran umumnya datang bukan dari lembaran kosong, tetapi denagn bank pengalaman otak peta kognitif yang mereka miliki dari rumah, dan lingkungan sekitar. Tentu saja dengan sederhana kita dapat mengatakan bahwa factor pembelajaran itu intern dan ekstern. Factor intern, karena memang para peserta didik sudah berkembang (belajar) dimualai dari saat mereka masih berada dalam kandungan ibu. Sejak usia pra sekolah, otak peserta didik kita juga sudah tebentuk dengan pengaruh yang sangat banyak dari lingkungannya. Insiden yang kompleks hingga yang sangat sepele akan menjadi factor belajar yang mempengaruhi pembelajran tentunya. Berbagai pengalaman kesulitan belajar yang berkepanjangan merupakan factor yang membawa dampak negative bagi otak, serta berbagai pengaalaman menyenangkan yang dialami oleh mereka.

Tahap-tahap Pembelajaran

Pembelajran yang optimal terjadi dalam sekuen yang terprediksi. Secara garis besar,sekuen terdiri atas lima tahap. Pertama tahap pra-pemaparan atau persiapan yang meberi kerangka bagi otak untuk mengoneksikan pengalaman baru, Kedua adalah tahap akuisisi. Tahp ini dapat dicapai baik melalui sarana langsung seperti dengan penyediaan lembar informasi atau atau sarana tidak langsung seperti dengan menempatkan visual-visual yang terkait. Kedua pendekatan ini dapat berjalan, dan saling melengkapi. Tahap ketiga yakni elaborasi, mengeksplorasi interkoneksi dari topic-topik dan mendorong terjadinya pemahaman lebih dalam. Tahap keempat adalah formasi memori, pembelajaran yang merekatkan supaya apa yang telah dipelajari dapat recall pada kesempatan lain. Yang terakhir adalah tahap integrasi fungsional, mengingatkan kita untuk menggunakan pembelajaran baru tersebut supaya ia semakin diperkuat dan diperluas.

Pada akhirnya pembelajaran adalah pengembangan jaringan-jaringan neuron yang berorientasi tujuan.Ingatlah, neuron tunggal itu tidak pintar, tapi kelompok-kelompok neuron yang terintegrasi yang dibangkitkan secara bersama-sama itulah yang sangat pintar. Simfoni neural yang terkoneksi inilah yang sesungguhnya disebut dengan pembelajaran.

Perubahan Hasil Dari Pembelajaran

Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :


  1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
  2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
  3. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
  4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
  5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :


  1. Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
  2. Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
  3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
  4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
  5. Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
  6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
  7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
  8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.
  9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.

KESIMPULAN

Pada tahap pembelajaran yang penting adalah akuisisi, elaborasi, dan formasi memori. Yang pertama adalah pada tahap akusisi yang berhubungan dengan menciptakan koneksi diantara sel-sel. Juga yang sangat penting adalah mempertahankan koneksi tersebut. Memelihara koneksi yang akurat juga tidak boleh kiota abaikan. Hal yang pokok dan sangat penting disini adalah jangan pernah menyalahartikan antara saat insight itu hadir dengan pembelajaran. Namun demikian untuk mengingat sesuatu, masih diperlukan tahap elaborasi.. “belajar itu bukanlah sebuah peristiwa tunggal, belajar adalah sebuah proses pemanfaatan sepanjang waktu”. Tahap akuisisi adalah sebuah tahap penciptaan koneksi atau pada saat neuron itu saling “berbicara” satu sama lain. Ingat, menciptakan koneksi saja belum cukup, kita masih harus mengelaborasi atau menguraikannya, membuat yang terbaik, memperkuatnya, dan mengintergrasikan ke dalam pembelajaran lain.

Pada tahap elaborasi adalah seperti membuat koreksi sembari kita terus melangkah diartikan sebagai pendekatan kritis untuk pengajaran berbasis otak. Elaborasi memberikan kepada otak untuk menyortir, menyelidiki, mnganalisis, menguji, dan memperdalam pembelajaran. Untuk dapat benar-benar mengetahui sesuatu, seorang harus tau bahwa ia mengetahuinya. Ada pepatah lama yang mengungkapkan “Jika anda benar-benar ingin mengetahui sesuatu, ajarillah” tahap elaborasi memastikan bahwa apa yang dibawa kerumah bukan hanya yang dimiliki siswa, tetapi ilmu yang juga akurat. Dan cara untuk mendapatkan ilmu yang akurat itu, manusia tidak selalu mendapatkan langsung jawabannya, mendapatkan jawaban yang benar, tetapi, mereka menganalisis jawaban-jawaban yang salah, kemudian mendapatkan yang baru jawaban yang lebih baik. Itulah manusia yang lebih pintar. Proses elaborasi adalah tahap yang memastikan para pembelajar tidak hanya sekadar mengulangi informasi dari fakta-fakta secara mekanik, tetapi juga membangun jalur neural yang kompleks dalam otak mereka yang dapat menghubungkan subjek-subjek denagn cara yang bermakna. Tahap ini adalah tahap perkusor terhadap pengingatan. Tahap formasi memori merupakan langkah yang lebih jauh setelah menghubungkan strategi-strategi elaborasi. Tahap ini pula yang memberi kita pengertian bahwa jejak memori belum cukup kuat untuk diaktifkan pada saat tes, meskipun kadang pembelajaran telah diberikan kesempatan untuk berinteraksi dan bereksperimen. Ada factor tambahan yang berkontribusi terhadap pembangkitan kembali memori kita. Faktor itu adalah istirahat cukup, intensitas emosi, konteks, nutrisi, kuantitas dan kualitas penggabungan, tahap pengembangan, kondisi pembelajar, dan pembelajaran sebelumnya. Semua factor ini memberikan peranan yang sangat penting dalam pemrosesan dan pembelajaran.

Setelah kita dibekali dengan dasar-dasar pengetahuan tentang bagaimana otak kita belajar, marilah kita mengelaborasi mengenai bagaimana pengetahuan ini dapat menginformasi profesi kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun