Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Warung Kopi Ibu Marni

22 Mei 2011   06:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:22 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_33738" align="aligncenter" width="160" caption="daviduusman.blogspot.com"][/caption] Suatu pagi bersama goyang rasta dari Bob Marlay, ketika burung-burung ikut menikmati dendang Jamaica bersama segelas kopi panas yang asapnya masih menari-nari diatas permukaan gelas kaca yang begitu bening. Diantara trotoar dan jalanan yang telah ramai penuh benda-benda merayap. ‘’ No women no cry…no women no cry…yihaaa.. ‘’ Ssssffffhhhh….fuhhhhh…., asap rokok pagi begitu nikmat tiada tertandingi. Suara petikan gitar mendayu-dayu diantara pedagang kaki lima dan diantara perempatan bersama riuh gemuruh klakson mobil, harap cemas sirambut gimbal menatap jendela-jendela yang masih bersih mengkilap memantulkan wajah-wajah yang memegang gitar sambil berdendang. ‘’ Yeah… Pagi yang cerah bersama kepala-kepala berisi cemas harap lembaran-lembaran yang terkadang lebih mengalahkan keutamaan Tuhan. Klakson-klakson dan gemuruh anjing-anjing jalanan telah menyetubuhi pagi yang sudah tak perawan lagi, pak polisi masih tersenyum sedikit dikulum, matanya tajam berharap peluit menemukan sang korbanya. Parjo dengan rambut gimbalnya telah usai menjual bertengkar dengan bising mesin di lampu merah, tali gitarnya sedikit mengendur, ia coba menepi kesebuah warung kopi Bu Marni. ‘’ Pagi-pagi selamatan, selamat pagi semoga bisa mengantongi semua impian kita tuk sebuah harapan. Sapa parjo yang masih nampak riang kepada semua orang di warung kopi, dengan rambut gimbal diikat tidak berkepang dua, dia memesan minuman kesukaanya. ‘’ Segelas kopi tanpa keluh kesah Bu Marni… ‘’ Ah, bisa saja kamu Jo, udah dapet berapa pagi ini, kok keliatan semriwing buangets tuh muka… ‘’ Berapapun dapetnya, yang penting ngopi dan sarapan dulu, hehe… Tak berapa lama datanglah serombongan petugas berseragam coklat-coklat berlambang pemerintahan kota. ‘’ Selamat pagi Ibu, dagangan Ibu mengganggu keindahan kota, jadi mulai besok Ibu tidak boleh berjualan di tempat ini lagi. Ibu Marni dan seisi warungpun terkejut dengan wajah yang semula cerah berubah menjadi mendung seketika. ‘’ Maaf Bapak-bapak, saya berjualan disini sudah lebih dari sepuluh tahun, kenapa baru sekarang di beri tahu, sedangkan calon walikota kemarin sebelum pemilihan mengatakan kalau tempat jualan saya tidak akan digusur. Salah satu petugas itupun segera mengeluarkan selembar kertas dari dalam sakunya, dengan wajah yang sedikit dibuat-buat garang dia menyodorkan kertas tersebut kepada Ibu Marni. ‘’ Ini, tolong ibu baca surat perintah dari dinas tata kota, semua demi kenyamanan dan ketertiban bersama, saya hanya melaksanakan tugas saja. Dan Ibu Marnipun menatap Parjo yang juga melongo menatap para petugas, tanganya terlihat sedikit bergetar, dan tubuhnya sedikit melemas. Tak berapa lama rombongan petugas itupun pergi, Parjo membelalakan matanya yang sama sekali tidak galak. ‘’ Ngapain kamu Jo, ntar kelilipan loh, hehe… ‘’ Wuahahaha, lho Ibu kok gak sedih? ‘’ Buat apa Jo disedihkan, ya kita bawa santai saja, ya gak. ‘’ Tapi Bu…? ‘’ Ah, habiskan saja kopimu itu dulu, terus bayarin nanti ya, hehe… ‘’ Oooohh, hahaha…. Baiklah Ibu Marni, aku mengerti maksudmu, mari kita habiskan kopi kita dulu. Setelah menikmati nikmatnya kopi bersama serombongan petugas ketertiban kota, Parjo mulai menyetim gitarnya kembali, agar nadanya terdengar merdu selalu, walau kopi pagi ini tidak begitu manis bagi Ibu Marni sang penjualnya. ---- sekian ---- bjb22052011 by bvb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun