Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tik

16 November 2011   04:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:36 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tik.

Empat puluh hari aku melepas kepergianmu.
Namun kau masih menancapkan ayumu di benaku.
Bergelayut dan terkadang bernyanyi sambil kau lemparkan getir.

Tik.

Kupu-kupu asik menari diatas kelopak bunga.
Sebagianya lagi hinggap di atas daun.
Lalu terbang mengikuti yang lainya.
Gundahku hilang dibawa mereka seketika.

Tik.

Aku rindu aroma tanah basah.
Saat kepalamu kau sandarkan pada bahu kiriku.
Lalu kita bercerita tentang senja.
Dan pulang selepas tersibak awan hitam.

Tik.

Sudah empat puluh hari aku melepasmu.
Di atas gundukan tanah merah di bawah pohon kamboja.
Hanya tatapan yang berkaca-kaca yang ada.
Dan sebuah guru tentang sebuah kepulangan yang abadi.

¤¤¤¤¤
hutan pinus 161111
bvb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun