Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suratku Untuk Indonesia [bukan FSC]

15 Agustus 2011   01:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:47 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dipagi yang sudah tidak buta ini, setelah saya habis membuka-buka kolom fiksi, rasanya ada yang mencubit-cubit ingin di hatiku ini.

Tiba-tiba saya ingin menuliskan surat cinta juga, lewat secarik kertas yang saya robek dari bagian tengah catatan kasbon saya yang mana sampulnya bergambar bekantan yang sedang asik nangkring di atas dahan pohon rambai yang sudah sepuluh tahun terakhir ini tidak terlihat lagi buahnya di pasar. Sejenak sayapun bertanya pelan kepada jendela kamar saya, apakah buah rambainya habis di makan bekantan, atau karena bla bla bla syalalalala dubi dubi dam ? Ah, tak taulah...

Saya cuma ingin menulis surat cinta, tapi kepada siapa, karena semuanya sangat mencintai saya. Ah, sekarang saya tahu, akan saya tuliskan surat cinta ini kepada INDONESIA saja, dan akan saya titipkan kepada burung merpati liar di tepi padang rerumputan yang separonya telah ditumbuhi komplek perumahan.

¤¤¤¤¤

Dear INDONESIA

to the poin aja ya NES, kalau saya sangat terlalu mempunyai rasa kagum terhadap tumpah darah ini. Apalagi setelah saya membaca sejarah tentang betapa Heroiknya para pecintamu dimasa lalu itu.

Tapi kini...

Oh tidak, tidak, beberapa anak negeri masih lapar dan tidak bisa mengenyam pendidikan bergengsi. Semua hanya bisa dinikmati anak-anak kaum berdasi dan berkantong wui wui wui.

Saya cuma ingin mengucapkan, selamat ulang tahun yang ke 66, sekalian saya ucap turut berduka cita atas matinya segala-galanya tentang kebersamaan dan keadilan di Negeri tercinta ini.

Sepertinya hanya itu yang bisa saya tuliskan buatmu. Dari secarik kertas kasbon yang sampulnya bergambar bekantan yang nangkring di dahan pohon rambai yang sudah hampir punah di serang hama gergaji.

Dariku yang sangat fiktip di dalam kandungan ibu pertiwi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun