Kesepuluh jemariku masih ingin menari.
Benaku menerawang menuju padang ilalang.
Menangkap kupu-kupu dan mengendap-endap mengejar belalang.
Berintuisi bersama spasi.
Bunga-bunga di sekelilingku nampak indah merekah.
Air sungai terdengar berkecipak berlarian di atas bebatuan.
Anganku terbang menuju nirwana.
Menyentuh cahaya dan menjadi seikat puisi.
Syalala la la la la...
Senja telah membawakanku sekeranjang kata-kata.
Bersama aroma mochacino yang tergeletak di atas meja.
Dan sekali lagi kuntum bunga memikat kedua mata yang spontanitas memandangnya.
Isyaratkan rima dari sekeranjang kata di kantung senja.
Cuma ini yang dapat kupersembahkan pada malam.
Dari lelaki yang telah memunggungi kelam.
Secarik puisi.
Teruntuk tatap mata yang ditangkap sepi.
Walau malam masihlah sebuah teka-teki.
Tapi malamlah yang pasrah tuk sandaran hati.
Abregado.
How are you.
Apa kabarmu.
~¤~
pinggir trotoar 180512
bvb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H