Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mariam Wanita Malam

24 Oktober 2011   06:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:34 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pukul 22.00, mataku belum juga terasa berat. Namun perutku sudah mulai gaduh tuk segera di isi kembali. Aku mencoba melangkahkan kakiku tuk mencari penamba gaduhnya perutku.

Setelah limat menit aku berjalan, sampailah aku pada sebuah persimpangan. Matakupun tertuju pada seraut wajah berambut hitam tergerai. Aku mencoba mendekati lalu kucoba untuk menyapanya.

" Permisi, lagi nunggu siapa ya mbak malam-malam begini duduk sendirian.

Wanita itupun mencoba menatap kearahku, dia mencoba tuk tersenyum kepadaku. Namun entah kenapa dia kembali terdiam. Tatap matanya nampak kosong, aku mencoba duduk disampingnya dan mengajaknya bicara.

" Oh ya mbak, boleh tau namanya siapa. Aku Firman.
" Mariam.
" Mbak lagi nunggu siapa, kalo saya mau nyari makan. Gak baik loh mbak duduk sendirian malam-malam gini, takutnya ada yang berniat jahat.
" Ach mas bisa aja, gak papa kok mas, lagian mana ada yang berani ganggu saya, dekatin saya aja gak ada yang berani.
" Oh ya, tapi saya kok berani hayo...
" Bener nih mas Firman berani.
" Loh memangnya kenapa, sayakan gak bermaksud macam-macam sama mbak Mariam.

Suara kami terdengar memecah kesunyian malam. Namun tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh sapa seseorang dari seberang jalan. Akupun mencoba mendekati orang itu dan memohon permisi kepada Mariam. Dia tak lain adalah haji Anang tetanggaku yang sering menjadi iman dimushola kami.

" Eh man, ngapain kamu ngomong sendirian kayak wong edan...
" Eh, pak haji, aku gak sendirian kok, masa sampean gak liat saya lagi ngobrol ma orang?
" Mana man?
" It...

Akupun mencoba menunjuk kearah wanita yang bernama Mariam tadi. Namun ketika kulihat lagi, dia sudah menghilang dari tempat duduknya.

" Hahahahaha...man man, namanya Mariamkan?
" Iya, tuh sampean tau sendiri.
" Aduh gimana ya man, dia tu bukan orang kayak kita lagi man.
" Maksudnya pejabat?
" Jiah, mana ada man pejabat duduk sendirian malam-malam di perempatan gini, mana perempuan lagi.
" Jadi maksudnya Mariam itu...
-- sekian aja deh --
met membaca ya, makasih hehehe...
Dari boil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun