Melihat jam dinding, gak kerasa sudah tengah malam dan mendekati dini hari. Tapi mata masih terang benderang, pengenya mau nulis lagi, tapi gak tau mau nulis apa.
Yeach, seperti biasa, mungkin sebuah fiksi atau sekedar catatan ringan. Mau nulis opini, tapi aku tak suka berspekulasi, takutnya 75% kira-kira. Dan puisi adalah jawabnya, karena puisi mewakili perasaan diri yang sedang berimaginasi tuk bahan instropeksi maupun mencari sebuah potensi.
Tapi terkadang aku merasa gak enak hati juga menulis tiap hari. Seakan-akan ada rasa bersalah kepada pembaca, yang tanpa disengaja harus nyasar lalu meninggalkan jejak komentarnya dikolom bawah tulisan yang kuposting ( mohon maaf ya pembaca ).
Dan malam ini aku putuskan tuk sekedar menuliskan catatan ringan aja deh, diantara tulisan-tulisan opini yang faktual ( semoga mereka tak berspekulasi dalam beropini ). Sambil kutatap bintang di langit, sesekali kuhisap rokoku, lalu bersiap tuk masuk dan mengunci pintu rumahku, sebab aroma kanalitnuk sudah terendus dilubang hidungku ( bulu kuduku berdiri hiiii ).
Selamat dini hari dan mari menghitung dosa sebelum memejamkan mata. ( halagh mmprettt)
dadaghh...zzzzzz...zzz...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H