kabut putih, pekat mengelilingi kepala, menutupi mata yang masih sembab oleh tangis kemarin malam.
Secangkir kopi terasa pahit, namun gurauan pagi merangsang keterpurukan tuk segera bangkit, berharap kabut kan tersibak oleh sang surya, walau bayu masih sedikit mengantuk berhembus di pepohonan.
letih dan lelah pikir.
hati cahayanya meredup pelan, namun jendela mengajak memandang, menarik pikir tuk turut keluar mengajak mata yang sedikt sayu, menatap luar jendela dibalik kabut, warna-warni diluar jendela, membungkam gelisah pacu semangat.
keindahan itu tak hanya sebatas puji, caci maki tak harus menyakiti, dan manis itu membahayakan sang pahit menyelamatkan.
kabut putih sedikit merintih.
mendekati siang yang terus menantang, jendela terbuka lebar, pintu tak lagi terkunci, sebab atap rumah terus terbakar mengundang pengap yang menggelisah keringat.
keluarlah dan kemudian masuk lagi, sebab terlalu banyak didalam tidak membakar kalori, keseringan diluar tak juga menyehatkan ragawi.
kabut putih akan tersingkap.
sebab diluar sana tak seperti disekitar sini, berbeda malam dengan siang, namun masih sama-sama diatas bumi.
*****
pinggir trotoar pada siang hari
salam
bvb
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI