Oh Negeriku...
Aku hanyalah bagian anakmu yang lugu,
yang terdampar diantara hiruk pikuk laju roda putaran waktu.
Aku tak mengenal siapa dan bagaimana wajah pemimpinku.
Aku juga sudah lupa bentuk burung garuda.
Akupun nyaris lupa dimana kini berada.
Arrggghhh....
Tolong ingatkan aku kembali duhay bunda pertiwi.
Apa warna bendera pusaka kita.
Berapa jumlah sila di dada garuda.
Tolong...
Tolonglah...
Aku hanyalah pemuda yang teronggak dipinggir jalan.
Bersama kerikil-kerikil yang berserakan.
Aku menanti sapamu ibu.
Menanti aroma selendangmu yang terjuntai ketanah.
Dan akupun menanti pekik Gajahmada sewaktu palapa menjadi sumpahnya.
Aku hanyalah pemuda yang sedang lupa.
Sebab pemimpinku terlalu sibuk dengan bicara.
Dan saudaraku pemuda terlalu asik dengan penampilanya,
sebagian telah asik dengan kelamin mereka.
Hrrrggg...
Mustahil batu yang besar kuangkat sendiri.
Sedangkan yang lainya hanya bisa menyemangati.