Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bisik Rindu pada Hujan

9 September 2012   07:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:43 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lama nian kutak disapa hujan
Aku rindu aromanya
Saat butiran-butiranya jatuh dan meresap ke dalam tanah
Menimbulkan aroma khas dari basah

Apa kabar hujan
Kemarilah dan sapa aku
Kering kerontang sudah pekaranganku
Panas
Pengab telah menyetubuhi ragaku

Dan aku masih menantimu di sini
Dalam munajadku yang tiada henti
Ini tentang kering yang teramat gersang
Yang menyandarkan harap pada sebatang beringin yang telah meranggas dibakar sang surya

Sekali lagi ini tentang rinduku
Pada titik-titik hujan yang merintik
Menimbulkan nada-nada di atap dan luar jendela
Membawakan aroma basah yang merangsang seleraku pada secangkir kopi hitam yang lama tergeletak dalam kaleng kemasanya

Maka inilah caraku menunggumu
Menatap gumpalan mega yang takunjung kelabu
Dan menatap diri bertanya pada qolbu
Aku telah curang pada alam

.
..
...

Pinggir trotoar banjarbaru 09/09/2012
bvb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun