Lama nian kutak disapa hujan
Aku rindu aromanya
Saat butiran-butiranya jatuh dan meresap ke dalam tanah
Menimbulkan aroma khas dari basah
Apa kabar hujan
Kemarilah dan sapa aku
Kering kerontang sudah pekaranganku
Panas
Pengab telah menyetubuhi ragaku
Dan aku masih menantimu di sini
Dalam munajadku yang tiada henti
Ini tentang kering yang teramat gersang
Yang menyandarkan harap pada sebatang beringin yang telah meranggas dibakar sang surya
Sekali lagi ini tentang rinduku
Pada titik-titik hujan yang merintik
Menimbulkan nada-nada di atap dan luar jendela
Membawakan aroma basah yang merangsang seleraku pada secangkir kopi hitam yang lama tergeletak dalam kaleng kemasanya
Maka inilah caraku menunggumu
Menatap gumpalan mega yang takunjung kelabu
Dan menatap diri bertanya pada qolbu
Aku telah curang pada alam
.
..
...
Pinggir trotoar banjarbaru 09/09/2012
bvb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H