Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seikat Kata Dari Kantung Senja

18 Mei 2012   14:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:08 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kesepuluh jemariku masih ingin menari.
Benaku menerawang menuju padang ilalang.
Menangkap kupu-kupu dan mengendap-endap mengejar belalang.
Berintuisi bersama spasi.

Bunga-bunga di sekelilingku nampak indah merekah.
Air sungai terdengar berkecipak berlarian di atas bebatuan.
Anganku terbang menuju nirwana.
Menyentuh cahaya dan menjadi seikat puisi.

Syalala la la la la...

Senja telah membawakanku sekeranjang kata-kata.
Bersama aroma mochacino yang tergeletak di atas meja.
Dan sekali lagi kuntum bunga memikat kedua mata yang spontanitas memandangnya.
Isyaratkan rima dari sekeranjang kata di kantung senja.

Cuma ini yang dapat kupersembahkan pada malam.
Dari lelaki yang telah memunggungi kelam.

Secarik puisi.
Teruntuk tatap mata yang ditangkap sepi.
Walau malam masihlah sebuah teka-teki.
Tapi malamlah yang pasrah tuk sandaran hati.

Abregado.
How are you.
Apa kabarmu.

~¤~
pinggir trotoar 180512
bvb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun