Cinta...
Kala malam berpayung rembulan, aku hanya bisa meratapimu, walau batinku sangat haus akan rindu indahmu.
Aku adalah fatamorgana yang haus akan setitik siraman kasihmu.
Saat aku duduk dipeluk hening, saat aku sujud mengitari waktu.
Aku masih saja belum mengerti akanmu, tentangmu atau pakaianmu.
Walau sahaja telah tersemat dalam syahdu jiwa.
Kukira kau hanya berada di kuil-kuil dan wihara, aku juga pernah menduga-duga kau ada dalam gereja, akupun selalu yakin kau ada dalam mushola tua.
Aghh,
ternyata itu semua hanya kiasanmu saja.
Kini aku sedikit diberitahu, bahwa kau telah menjelma sebagai apa saja dan siapa saja. Termasuk dalam sastra pandawa dan kurawa.
Yeach,
aku meyakini itu. Dan aku telah salah kaprah sebelumnya tentangmu, dalam munajadku setiap waktu.
Cinta...
Dalam setiap hembusan nafasku, dalam setiap munajatku, dalam sujudku pada putaran waktu, sungguh aku teramat sangat merindumu.
Tanpa kompensasi.
¤¤¤¤¤
hutan pinus 201011
bvb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H