Agh, aku masih merasakan kelembutanmu. Lewat pori-poriku ketika pagi ini kucoba tuk membuka mata. Secangkir kopi telah tersedia di atas meja. Aku mencoba membuka jendela kamarku dan mengintip ke luar.
Luar biasa. Kamu sangat luarbiasa, rambutku kau belai dengan penuh kasih dan hati-hati. Aku teringat akan masa kecilku, saat ibuku mengusap perlahan kepalaku yang sedikit ada lukanya. Penuh kasih, dan itu, menyejukan batinku.
Agh, apakabarmu udara. Kutahu kau nikmat yang kulupa mensyukurinya. Tanpamu tak ada hayat, walau kata orang setetes air adalah partikel yang mengandung malaikat kehidupan.
Aku telah melupakanmu, pagi ini kucoba merasakan setiap hembusanmu dan lalu lalangmu di kedua lubang hidungku yang tidak mancung. Dan aku menikmatimu.
Terimakasih udara. Kau nikmat terbesar yang sempat kulupa.
¤¤¤¤¤
banjarbaru 08-03-12
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H