Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kepada Udara

8 Maret 2012   03:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:23 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agh, aku masih merasakan kelembutanmu. Lewat pori-poriku ketika pagi ini kucoba tuk membuka mata. Secangkir kopi telah tersedia di atas meja. Aku mencoba membuka jendela kamarku dan mengintip ke luar.


Luar biasa. Kamu sangat luarbiasa, rambutku kau belai dengan penuh kasih dan hati-hati. Aku teringat akan masa kecilku, saat ibuku mengusap perlahan kepalaku yang sedikit ada lukanya. Penuh kasih, dan itu, menyejukan batinku.


Agh, apakabarmu udara. Kutahu kau nikmat yang kulupa mensyukurinya. Tanpamu tak ada hayat, walau kata orang setetes air adalah partikel yang mengandung malaikat kehidupan.


Aku telah melupakanmu, pagi ini kucoba merasakan setiap hembusanmu dan lalu lalangmu di kedua lubang hidungku yang tidak mancung. Dan aku menikmatimu.


Terimakasih udara. Kau nikmat terbesar yang sempat kulupa.


¤¤¤¤¤

banjarbaru 08-03-12

bvb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun