Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Bukan Cenayang

25 Januari 2012   09:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:28 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudah sepertiga abad kuhirup oksigen geratis. Dan lima belas tahun aku liar. Sore ini aku masih menjadi anak kota yang jelalatan matanya, isi kepala masih asik masyuk dan terkontaminasi realita di depan mata.

Katanya tahun ini ada naga yang basah, aku merenung sejenak, menengok kepunggung waktu. Agh, aku bukan cenayang, biar saja naga itu mandi hujan, atau berenang dalam selokan-selokan roda yang menggelinding kejalan aspal hitam.

Sekali lagi, aku mengingatkan pada yang menghasutku. Aku bukan cenayang, apalagi anak Tuhan. Aku hanyalah lelaki yang tidak tampan dan mapan, menyukai kopi yang masih hangat sambil menikmatinya bersama kretek tembakau pilihan. Lalu bersiul-siul sambil menggaruk pungguh yang gatal berkeringat.

Agh, mungkin besok aku sudah mati. Yeah, tapi sudahlah bukan urusanku.
Banjarbaru 25 januari 2012
bvb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun