Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Dongeng Hari Raya

3 September 2011   09:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:16 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebuah dongeng.

Nyiur melambai-lambai di tepi pantai, diantara padang hijau terhampar subur terbentang seantero jagad raya, kalam-kalam tuhan barjajar rapi disana-sini, lelaki buta masih membisu bersama situli dan sipincang yang miskin.

Selamat hari raya dunia kita...

Perayaanmu adalah perayaanku, terkapar diantara bau-bau busuk yang tercium disana-sini, kuman-kuman menari diatas piring-piring emas sang durjana, lahap mulut mereka menikmati setiap yang pecah dilidah, karena ini adalah sebuah perayaanmu yang juga perayaanku.

Hilal masih juga malu-malu menutup hidungnya, cahayanya sedikit malas menyinari dunia yang telah bermetafora laksana kata-kata para pujangga.

Merah kuning hijau dilangit yang biru, walau pelukismu agung namun kami masih saja bingung dengan pameran indah terbentang, sebab itu semua bagaikan sajak inggris dibaca orang lokal yang teramat lugu total.

Aghh, ini hanya sebuah dongeng hari raya kita,
mari nikmati sambil menari menutup bau yang menusuk lubang hidung ini,
semoga tak dengki,
selamat menikmati.
hutan pinus 031111
bvb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun