Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Syair Kematian

21 Juli 2011   05:12 Diperbarui: 13 Juli 2015   19:06 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

senja di bawah bukit, diantara reruntuhan gundah, aku menatap bias-bias cakrawala yang memerah diantara bibir-bibir basah yang merah merekah.

denyut nadi berpasangan dengan oksigen yang berinteraksi bersama paru-paru, diam meretas seketika tanpa kata, ketika Ijroil menyapa lembut di depan pintu kedatanganya.

'' achh...senja siapakah yang akan menjadi terang setelah menembus ngerinya kegelapan...

sementara pikir selalu mengajak rasa tuk mengimaji tentang nikmatnya embun pagi, bersenda gurau di bawah pepohonan ketika teriknya siang sambil berdendang dengan para mucikari-mucikari mimpi, lalu melepas penat di kala sore bersama para bidadari dan kurcaci-kurcaci di taman duniawi yang bergelantungan anggur-anggur di sekitarnya.

ketika benak menjadi gelap dan rasa telah menjadi ciut ketika asa telah tergenggam oleh Ijrail, siang siapakah yang masih tetap ceria di bawah mentari perputaran waktu...

hanya dinding-dinding bisu dan sayup-sayup udara yang dapat menemani dalam suasana kosong yang pasrah.

=================

bjb selatan borneo

by

bvb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun