Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Alibi Gerhana Bulan

15 Juni 2011   10:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:29 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katanya nanti malam ada gerhana, ya, nanti malam bulan akan ditutupi bumi dan mirip secangkir kopi dari atas meja.

'' achh, apa urusanya dengan diriku ?

Tapi sepertinya mengasyikan, dan sepertinya membuat aku seperti asyik masyuk dalam sebuah keindahan yang maha dhsyat, sebuah tontonan yang menyegarkan dari kesuntukan hidangan dari media-media yang bikin eneg tentang kejar-kejaran kancil dan buaya yang disutradari badut-badut melankolis bertanduk.

'' achh, gerhana bulan dilangit malam.
'' yeach, aku suka menatap langit dikala malam, dikala uneg-uneg memenuhi rongga kepalaku yang sangat kecil dan sempit ini.

Disaat aku sedang merindukan racikan-racikan tembakau pilihan, disaat aku merindukan bubuk kopi dari berbagai ciri khasnya seantero jagat raya, aku selalu menatap langit, disana sepertinya aku menemukan sebuah jawaban, seperti disaat aku merendukan sekilas senyum manis wanita yang sempat mengisi hari-hariku, dan langitpun selalu bersedia tersenyum menghiburku bersama pernak-perniknya yang berhias cahaya.

Langitku bukan fiksi, namun aku bisa mencoretkan kata-kata sumbangku kedalam fiksi lewat lukisanya, lewat genitnya cahaya yang bertaburan dikala malam serta gumpalan wan-wan putih yang terkadang membuatku merasa iri dengan goresanya yang berubah-ubah membuat ilustrasi bersama angin.

'' achh, lagi-lagi kau kujadikan metafora, personifikasi atau mungkin sesuatu yang sangat hiperbola jadinya.

'' yeach, malam ini ada gerhana.

Aku ingin sekali melihatnya, bersama handaitaulan dan semua-semua. Berharap asik menyetubuhiku perasaan kami pada peristiwanya nanti. Seperti membaca cerita fiksi dari para maestro ternama, oh, bukan, berharap menikmati sebuah lukisan pelukis yang bayaranya sangat menyesakan kantong dan bikin puas kedua belah pihaknya, hahaha...

Semoga tidak datang mendung, karena memandang langit cerah itu bikin amarah hilang di copet angin.

-------------------
pinggir trotoar menunggu jemputan
bvb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun