Oleh: Ahmad Zainul Muttaqin
Tulisan ini sudah pernah saya post di akun facebook saya 2 hari yang lalu dan mendapat sambutan antusias dari pembaca (like & share sampai kemarin hampir 2 ribu) dan juga telah dimuat di pkspuyenganonline (website plesetan yang dikelola orang-orang yang 'gemes' dengan website pkspiyungan). Berikut ulasannya:
Kabarnya Saudi, Bahrain, Sudan dan Djibouti resmi memutus hubungan diplomatik dengan Iran.
Apa Iran pusing?
Iran itu sudah hampir 4 dekade diembargo segala sisi baik militer, diplomatik, ekonomi, perdagangan oleh negara-negara barat pasca revolusi Islam 1979, lalu apa hari ini ia mati? Apa ia melemah? Apa ia jatuh miskin?
Tidak! Jika bukan karena embargo itu, Iran tidak akan punya misil-misil balistik semacam Sejjil, Shahab dan Ghadr. Jika bukan karena embargo tersebut, Iran tidak akan punya satelit yang ia kirim sendiri ke luar angkasa. Jika bukan karena embargo, Iran tidak akan punya ilmuwan-ilmuwan cerdas yang mandiri dalam tekhnologi nuklir. Jika bukan karena embargo tersebut, mungkin Iran hari ini hanya akan jadi bangsa manja dan pembebek kepentingan asing. Iran itu bukti nyata negara tangguh hasil kuatnya konsep "The Power of Kepepet".
Lalu empat negara ini coba mengucilkan Iran? Mungkin pemimpin Iran dan rakyatnya hanya akan terpingkal-pingkal. Memangnya apa yang sudah 4 negara itu sumbangsihkan bagi kemajuan Iran? Ke-empat negara tersebut hanyalah para 'anak mama' yang mayoritas bergantung habis-habisan terhadap USA terutama dalam persenjataan militer.
Lalu apa hari ini para 'anak mama' tersebut berlagak ingin mengucilkan sebuah bangsa yang puluhan tahun terbukti kokoh dan mandiri melewati cobaan bertubi-tubi?
Lelucon telah terjadi. Dan hanya orang-orang waras yang menyadari bahwa itu lelucon. Ironisnya para pelakunya tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya hanyalah lelucon.
Iran pernah lapar, lalu ia membuat makanannya sendiri. Iran pernah hanya bersenjatakan senapan jadul, lalu ia membuat senjata bahkan misil-misil balistiknya sendiri. Iran pernah disepelekan, lalu kini ia malah berubah menjadi salah satu kekuatan paling diperhitungkan di Timur Tengah.
Apakah ke-empat negara tersebut tidak belajar dari sejarah bahwa pengucilan dan pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran hanya justru akan membuat Iran menjadi lebih kuat dan mandiri.