Di tahun 2008, grup band Slank pernah "bermasalah" dengan badan kehormatan DPR, lantaran lirik lagu mereka ("gosip jalanan") di salah satu satu bagiannya, dianggap menyinggung kinerja DPR (mafia senayan, kerjanya bikin peraturan, ujung ujungnya duit). Media (SCTV) pun segera meminta opini masyarakat : dukung mana Slank atau DPR?. otomatis masyarakat kebanyakan mendukung Slank. alasannya? pertama, Citra DPR yang selama ini buruk di mata masyarakat (dari mulai korupsi hingga video porno dengan penyanyi dangdut). kedua, Slank adalah grup band yang mempunyai jutaan fans di negeri ini, dan kebetulan ketika itu yang dimintai pendapat (oleh SCTV) adalah kebanyakan anak anak muda yang umumnya tidak mengerti politik. Padahal di masa lalu Slank juga punya catatan kelam. tapi bagi artis, bila pernah melakukan suatu 'dosa', oleh media dan orang banyak akan dianggap "namanya juga manusia, wajar bila salah." lain ceritanya bila yang 'bersalah' itu ulama atau pejabat. ulama poligami, misalnya, walaupun benar secara hukum (agama), akan tetap dapat cibiran. Di tahun 2010 (atau 2009?) ada seorang ibu yang mendapat pelayanan buruk dari sebuah RS kelas internasional. Si ibu pun curhat di mailing list. Pihak rumah sakit mengetahui dan tidak terima dengan curhatan si ibu tersebut, lalu menuntut hukum si ibu bernama Prita Mulyasari itu. Kemudian datanglah dukungan bagi si ibu (dalam wujud koin dan konser) dari hampir seluruh penjuru Indonesia. Sebagian orang Indonesia memang cenderung 'tertarik' pada orang yang terkesan 'dizolimi' atau tertindas. Semut melawan gajah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H