Mohon tunggu...
Lina Amalina, S.Pd.
Lina Amalina, S.Pd. Mohon Tunggu... lainnya -

Saya seorang guru Bahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Drama

Kasih Tak Sampai

26 Oktober 2014   11:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:42 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Babak I

Jam dinding di sebuah SMA menunjukan pukul 12.00 WIB. Sswa-siswi di sekolah itu bergegas pulang ke rumahnya masing-masing. Namun entah apa yang terjadi dengan Imel salah seorang siswi sekolah itu.

Imel      : (datang mengepalkan tangan tampak kesal dan mondar-mandir lalu datanglah Frans dari kelas sebelah).

Frans    : (menghampiri) “Mel, kenapa belum pulang? Kau mempunyai masalah?

Imel                  : “Frans, kebetulan kau datang. Aku sedang membutuhkanmu.”

Frans                : “Apa yang bisa aku bantu, Mel?”

Imel                  : “Tapi ... apa kau tidak keberatan?”

Frans    : “Mel, selama aku bisa, aku akan membantumu. Ayo katakan saja!”

Imel                  : “Frans, apakah kau masih mencintai Ratna?”

Frans    : “Ya, aku masih mencintainya. Tapi ... cintaku bertepuk sebelah tangan. Setiap aku memberikan perhatian yang lebih, dia selalu menanggapinya dengan biasa. Padahal ... “

Imel      : (memotong pembicaraan) “Kau memberikan perhatian itu agar dia mengerti perasaanmu?”

Frans    : “Ya. Tepat sekali. Tapi ... sudahlah! Percuma saja. Aku tak mungkin mendapatkannya.”

Imel                  : “Tapi kau masih menaruh harapan, kan?”

Frans    : “Ya. Tapi ... apalah gunanya menaruh harapan kosong? Ibarat punguk merindukan bulan.”

Imel                  : (bangkit) “Tapi kau jangan menyerah, Frans!”

Frans                : (heran) “Maksudmu?”

Imel      : “Kau masih bisa mendapatkannya. Kau tahu kalau hari ini Ratna ulang tahun? David akan memberikan kejutan untuk dia sekaligus menyatakan cintanya.”

Frans                : (kaget) “Apa?”

Imel      : “Tapi, tenang, Frans! Justru ini kesempatan emas untukmu mendapatkan Ratna.”

Frans                : “Apa maksudmu? Aku semakin tak mengerti.”

Imel      : (penuh emosi, sorot matanya tajam) “Aku akan memfitnah David. Aku akan membuat hubungan mereka hancur.”

Frans                : (kaget) “Apa?”

Imel      : (menangis) “Karena David telah mencabik-cabik perasaanku. Kau tahu, kan? Aku sangat mencintainya. Sejak dulu aku tak bisa menghapuskan perasaan itu. Dulu aku pernah mengungkapkan perasaan itu, tapi dia tak pernah menghiraukannya. Hatiku sakit, Frans! Aku tahu sekarang mengapa dia seperti itu. Ternyata dia mencintai Ratna. Frans, kau juga pasti sakit hati, kan? Atas perlakuan Ratna selama ini? Yang tak pernah menghiraukan perasaanmu? Menurutku, Ratna pun mencintai David.”

Frans                : (termenung) “Ya, menurutku juga begitu.”

Imel      : “Vid, nanti kau harus berusaha mendekati Ratna. Ini kesempatanmu.”

Ratna datang.

Frans                : “Baiklah. Mel, tampaknya Ratna kemari. Aku pergi.”

Imel      : (menggumam lalu memanggil Ratna) “Aku akan memberinya peringatan. Ratna! Kemari!”

Ratna                : (menghampiri Imel) “Ada apa, Mel?”

Imel      : (menarik baju Ratna) “Aku peringatkan kau, Ratna. Jangan coba-coba mendekati David! Apalagi mencintainya. Karena David hanyalah milikku. Mengerti!” (membentak).

Ratna    : (membebaskan diri) “Lepas! Apa maksudmu? Kau tak berhak melarangku untuk mencintai siapapun. Baik. Aku akui, aku memang sudah lama memendam perasaan terhadap David. Tapi, aku tak pernah mengungkapkannya. Aku hanya memendam perasaan itu dalam hati.”

Imel      : (tersenyum sinis) “Ternyata benar dugaanku. Heh, aku tak mau tahu. Yang jelas kau harus turuti perkataanku. Kalau tidak ... (memandang dengan sorot mata tajam) Awas! Aku bisa melakukan apapun. Camkan itu!” (mendorong Ratna lalu pergi).

Tiba-tiba datanglah Rangga dan Riska.

Rangga : (menghampiri Ratna) “Rat, kau kenapa?”

Ratna                : “Aku tak apa-apa.”

Riska                : “Pasti telah terjadi sesuatu. Ayo katakan, Rat!”

Ratna                : “Sudahlah. Tidak terjadi apa-apa, kok.”

Rangga : “Rat, hari ini kau akan berbahagia.”

Riska                : “Iya, Rat.”

Ratna               : “Maksud kalian apa?”

Rangga : “Hari ini ada seseorang yang akan memberikan kejutan untukmu.”

Ratna                : “Siapa? Aku jadi penasaran.”

Riska    : “Kau tak perlu tahu dulu siapa dia. Yang jelas semua impianmu akan terwujud. Pangeran yang selalu ada dalam impianmu akan datang.”

Ratna                : “Maksud kalian, Dav ... ?”

Riska                : Sudahlah. Lihat saja nanti.”

Rangga : “Sekarang kau menghadap ke sana lalu pejamkan mata!” (Rangga dan Riska pergi)

Ratna    : (menghadap ke samping sambil memejamkan mata) “Ris, mana orangnya? Riska! Rangga!”

David datang.

David   : (bernyanyi) “Selamat ulang tahun. Selamat ulang tahun. Selamat ulang tahun, Ratna!”

Ratna                : (heran) “David?”

David   : (bersalaman) “Selamat ulang tahun ya, Rat! Rat, aku punya sesuatu untukmu. Pejamkan matamu! (Ratna memejamkan mata) Sekarang buka matamu!” (memberikan bunga).

Ratna    : (membuka mata lalu mengambil dan mencium bunga) “Wah, bagus sekali! Harum lagi. Terimakasih, ya!”

David               : “Kau suka, Rat?”

Ratna                : “Ya.”

David               : “Rat, ada yang ingin kukatakan kepadamu.”

Ratna                : “Apa?”

David   : (memegang tangan Ratna sambil berkata lembut) “Aku mencintaimu.”

Ratna                : (heran) “Apa?”

David               : “Aku mencintaimu. Sudikah kau menjadi kekasihku?”

Ratna    : (terdiam sejenak seolah-olah tak percaya) “Kau tidak sedang bercanda, kan?”

David   : (agak marah) “Memangnya aku ini terlihat sedang bercanda? Aku ini serius, Rat. Sejak dulu aku memendam perasaan ini. Dari dulu hingga sekarang perasaan itu tidak berubah. Sekarang lihat mataku! Apa terlihat dusta? Jawab, Rat!”

Ratna    : “Tidak. Aku tidak melihatnya. Hanya ... aku kurang percaya saja. Soalnya ... kau tampan, baik, pintar pula. Pasti banyak wanita yang menginginkanmu. Dan, pastinya lebih baik dariku. Sedangkan, apa kelebihan yang aku miliki? Aku ini orang biasa, tidak cantik, tidak pula pintar.”

David               : (bernyayi dan ratna tersipu malu)

Lirikan matamu menarik hati

O, senyumanmu manis sekali

Sehingga membuat aku tergoda

“Rat banyak sesuatu yang hanya ada pada dirimu dan tidak ada pada wanita lain. Oleh karena itu, aku memilihmu. Sekarang, kau percaya kan, Rat?”

Ratna    : “Ya, aku percaya. Aku tak ragu lagi akan cintamu. Sebenarnya, aku pun memendam perasaan yang sama sejak dulu. Aku mencintaimu, Vid.”

David               : “Sungguhkah?”

Ratna                : (tersipu malu) “Ya.”

David   : “Syukurlah kalau begitu. Aku sungguh beruntung mendapatkanmu.”

Ratna                : “Aku juga.”

David   : (tersenyum lalu pergi bersama Ratna sambil berpegangan tangan ke sebuah taman).

Babak II

Di sebuah halaman sekolah tampak Imel sedang mencari Ratna.

Imel      : (mondar-mandir lalu datanglah Riska disusul oleh frans) “Ris, kau melihat Ratna?”

Riska    : “Oh, Ratna! Tadi aku melihatnya pergi bersama David. Memangnya kenapa, Mel?”

Imel      : “Ah, kau tak perlu tahu. Ini urusanku dengan Ratna. Kau jangan ikut campur!”

Riska    : “Heh, Ratna itu sahabatku. Aku berhak mengetahui apapun masalah dia.”

Imel                  : “Alah! Jangan berlaga, lah!”

Riska    : “Kau ini mau mencari Ratna atau mau bermasalah denganku? Dasar tak tahu malu!”

Riska                : “Kalau bicara itu disaring, ya!”

Riska                : “Memangnya santan disaring? Mulutmu yang harus disaring.”

Frans    : “Sudah! Sudah! Kalian jangan bertengkar! Seperti anak kecil saja. Sekarang, lebih baik kita mencari Ratna dan David.” (Riska, Frans, dan imel pergi).

Babak III

Di sebuah taman sekolah, Ratna dan David sedang duduk berdampingan.

Ratna    : (sambil memegang bunga sewaktu-waktu dia mencium bunga itu) “Vid, ada yang ingin kutanyakan.”

David               : “Apa, Sayang?”

Ratna                : “Kau harus menjawabnya dengan jujur.”

David               : “Ya. Akan kujawab dengan jujur. Ayo katakan!”

Ratna                : “Kau tahu kalau Imel selama ini ... “

David               : (memotong pembicaraan) “Mencintaiku maksudmu?”

Ratna                : (menundukan kepala) “Ya. Kau benar.”

David   : (memegang tangan Ratna) “Kau tak usah khawatir, Rat! Apapun yang terjadi aku tetap memilihmu.”

Tiba-tiba datanglah Imel bersama Frans.

Imel      : (memegang bunga yang berada di tangan Ratna) “Vid, apa ini? Baru saja kau katakan cinta kepadaku. Sekarang, kau malah berpaling. Mengapa kau mempermainkanku?”

Frans                : “Iya. Jangan-jangan kau mau mempermainkan Ratna juga?”

Ratna                : “Benarkah, Vid?” (hendak meninggalkan David).

David   : (memegang tangan Ratna) “Biar kujelaskan, Rat. Aku difitnah. (marah kepada Imel) Maksudmu apa, Mel? Yang mencintaimu itu siapa? Aku tak pernah mengatakannya. Lagi pula, aku takkan pernah sudi untuk mencintaimu. Camkan itu!”

Imel                  : “Keterlaluan! Dasar pengkhianat!”

David               : “Kau yang keterlaluan. Dasar perempuan tak tahu diri!”

Frans                : “Percayalah, Rat! David hanya ingin mempermainkanmu saja.”

Ratna                : “Kurang ajar!” (menampar David).

David               : “Kau tega, Rat. Kau tak mempercayaiku lagi?”

Frans    : “Rat, semua perkataan dia itu hanya di mulut saja. Percayalah, dia hanya ingin menarik simpatimu saja.”

Ratna                : “Kau pembohong!” (hendak pergi dan melemparkan bunga).

David               : “Biar aku jelaskan, Rat!” (mengejar Ratna).

Ratna                : “Aku tak butuh penjelasanmu.” (pergi).

David   : (berteriak) “Ratna! (kepada Imel dan Frans) Ini semua karena kalian. Sekarang, kalian puas? Melihat hubungan kami hancur?”

Riska dan Rangga datang.

Rangga : “Ada apa ini?”

David   : “Mereka telah mmbuat hubunganku dengan Ratna hancur. Mereka memfitnahku.”

Riska                : “Kalian sungguh tidak berperasaan.”

Imel      : “Apa kalian tidak memikirkan perasanku juga? (menangis) Vid, aku mencintaimu. Tapi kau tak pernah menghiraukanya. Hatiku sakit, Vid.”

David   : “Oh, jadi kau ingin membalas dendam? Kurang aj ... “ (hendak menampar).

Riska                : (mencegah) “sudah, Vid!”

Imel                  : “Biar saja dia menamparku. ayo tampar!” (menantang).

David               : (hendak menampar kembali).

Frans    : (mencegah) “ Hentikan! Heh, dengar ya! Jangan coba-coba kau sakiti dia!”

David               : “Oh, jadi kau membela dia?”

Frans    : “Ya. Kau telah merebut Ratna dariku. Berarti kau berurusan denganku.”

David               : (kaget) “Apa?”

Riska    : “Oh, jadi selama ini kalian mencintai seseorang tapi cinta kalian tak terbalas? Ha ... ha ... ha .“ (tertawa bersama Rangga).

Rangga : “Heh, cinta itu tak dapat dipaksakan. Jika kalian terus memaksa, ibarat menegakkan benang basah. Mengerti?”

Frans    : “Aku tidak membutuhkan nasihat kalian. Yang jelas, Ratna harus menjadi milikku.”

David   : “Apa kau bilang? Jika kau ingin mendapatkan Ratna, langkahi dulu mayatku.”

Frans    : “Baik. Akan kuterima tantanganmu.” (Frans dan david berkelahi lalu David kalah).

David               : (Merintih kesakitan).

Rangga : “Heh, kau telah menyakiti kawanku. Berarti kau harus berhadapan denganku.”

Frans    : “Oh, jadi kau ingin menjadi pahlawan? Baik. Aku tidak takut.” (Frans dan Rangga berkelahi).

Riska    : (melerai) “Sudah! Sudah! Tak ada gunanya melayani mereka. Lebih baik kita mencari Ratna.”

Imel      : “Iya, Frans. Percuma. Yang penting Ratna sudah tak mempercayainya lagi. Hubungan mereka telah hancur.” (Imel dan Frans pergi).

Rangga : “Vid, kau tunggu di sini.” (Rangga dan Riska pergi).

David               : (mengambil bunga dan termenung lalu bernyanyi)

Mekar bersemi untaian kasih

Jumpa cinta pertama

Telah tertanam rindu dendam

Semakin dalam semakin kelam

Indah cinta berakhir duka

Menangis sunyi dibuai mimpi

Masa remaja punahlah sudah

Menjauh dari angan berabu

Kini kucari celah bahagia

Di jalanan penuh duri

Kugapai-gapai kasih yang semu

Kini engkau semakin jauh

Tiada lagi senyum lembutmu

Sudi berjalan di dalam gelap

Kemana arah yang kutuju

Engkau khayalan bayangan beku

Ratna datang. Tangannya ditarik oleh Rangga dan Riska.

Ratna    : “Lepaskan! Kalian jangan memaksaku! Aku sudah mengetahui semuanya.”

Rangga : “ Kau harus mendengarkan penjelasan David. Kau salah faham.”

Riska                : “Iya, Rat. David difitnah.”

Ratna                : “Tapi, David telah membohongiku.”

David   : “Rat, sungguh engkau tak mempercayaiku lagi? Baik. Aku akan buktikan.” (mengambil pisau dan hendak menancapkannya ke perut).

Ratna                : “Jangan, Vid!”

David               : “Lepaskan!” (berontak dan menancapkan pisau lalu mati).

Frans, Ratna dan Riska : (berteriak) “David!”

Ratna    : (menangis) “Mengapa kau harus melakukan semua ini, Vid? Aku mencintaimu. Maafkan aku!”

David   : “Sudahlah, Rat! Aku rela melakukan semua ini (kesakitan) Asalkan kau mempercayaiku. Aku mencintaimu. Sekarang, kau percaya kan, Rat?”

Ratna                : “Ya. Aku percaya. Tapi jangan tinggalkan aku! Aku mohon!”

David               : “A ... ku ... mencintaimu.” (mati).

Ratna    : (berteriak) “David! Baik. Aku akan menyusulmu. Aku akan selalu bersamamu.” (mencabut pisau yang dari perut David dan hendak bunuh diri).

Riska                : (mencegah) “Jangan, Rat!”

Rangga : “Iya, Rat. Jangan lakukan itu!”

Ratna    : (berontak lalu menancapkan pisau itu ke perut dan merintih kesakitan) “Se ... la ... mat ... ting ... gal.” (mati).

Rangga dan Riska : (berteriak) “Ratna!”

Imel dan Frans datang menghampiri Ratna dan David.

Frans                : (berteriak) “Ratna! Jangan pergi!”

Imel                  : (berteriak dan menangis) “David!”

Rangga : “Ini semua karena kalian! Kalian puas!”

Riska                : “Tak ada gunanya kalian menagis. Sekarang, mereka telah pergi.”

Frans                : “Ini semua karena kau, Mel!”

Imel                  : “Tapi, kau juga menyetujui rencanaku. Kau yang salah.”

Frans                : “Kau, Mel!”

Imel      : “Aku? Ha ... ha ... ha. (tertawa lalu menangis. Imel menjadi gila) Aku yang salah? Aku salah? (bernyanyi) Aku salah. Aku salah. David, ayo bangun, Sayang! Aku di sini. David masih hidup. (tertawa) Ha ... ha ... ha. Tapi, dia mati (menangis) Tidak ... dia masih hidup. Dia hanya tidur. David!” (menangis).s

Akhirnya, kisah cinta antara David dan Ratna harus berakhir dengan tragis. Cinta mereka tak dapat dipisahkan. Hanya maut yang dapat memisahkan mereka. Imel menjadi gila karena keinginannya tak sampai. Cinta memang tak dapat dipaksakan. Cinta berasal dari lubuk hati yang paling dalam. Cinta adalah anugerah dari Yang Mahakuasa.

Tamat.

======Naskah ini dibuat saat aku duduk di kelas 2 SMA tahun 2004.

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun