Mohon tunggu...
Moh Khoiri
Moh Khoiri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Moh Khoiri 22 tahun, dilahirkan di Kota Pati, 30 Oktober 1991. Pendidikan menengahnya dilaluinya di MA Salafiyahkan Kajen Margoyoso Pati, jawa Tengah. Saat ini telah menempuh Studi Tafsir Hadits/VII, di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta Pada Fakultas Ushuluddin, dan sedang menyelesaikan Skripsi dengan judul ‘Psikologi Kimat: Antara Teks dan Realitas’. Selain aktif di organisasi Intra dan ekstra kampus, khoiri tercatat sebagai wakil ketua umum LLTQ(Lembaga Tahfidz dan Ta’lim al Qur’an)2013-2014, sebagai Juara 1 dalam Lomba Debat Bahasa Nasional di UNM Makassar, Kordinator kajian diskusi Majlis Galau Tafsir Hadits UIN Syahid Jakarta2011-2012, sebagai peserta dilegasi dari Mahasiswa Tafsir Hadits dalam acara MUNAS FKMTHI(Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadits Indonesia) di UIN Suka Jogja, dan terakhir berama temannya Faisal Hilmi tercatat sebagai perwakilan Delegasi dari UIN Syahid Jakarta pada acara Konferensi Internasional Asia Pasifik Chrie di Universitas Macau, Sar China. Penulis dapat dihubungi 08960 1966 066; mohkhoiri82@yahoo.co.id, fb;www.facebook.com/moh.khoiri.7, twiter;https://twitter.com/@_khoiri, blog;http://travel.detik.com/moh.khoiri.7,www.kompasianakhoiri.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Haji Itu Mudah Lho, Nga’ Percaya? (1)

5 Juni 2014   09:30 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:16 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Siapa yang tidak kenal ibadah yang satu ini. Haji, ya Ibadah yang satu ini sering kali diidentikan Ibadah penyempurna atau sebagai ibadah pelangkap atas amalan ibadah yang lain. Beragamnya pemahaman kaum muslimin akan makna ibadah haji boleh jadi berkaitan erat dengan taraf dan tingkat pemahaman mereka terhadap ibadah tersebut. Tentunya pemahaman yang demikian berimplikasi pada masing-masing manusia dalam memahaminya.

Sebagai contoh, mereka yang memandang haji sebagai sarana ibadah semata-mata sebagai salah satu dari rukun Islam, mungkin mereka akan meresa kurang lengkap ibadahnya bila belum melaksanakan ibadah haji. Sebaliknya tidak jarang umat islam yang telah berhaji, bahkan tidak hanya satu, dua, ataupun tiga kali berangkat ibadah haji. Mereka yang demikian merasa lebih Islamis dibandingkan saudaranya yang belum haji.

Meskipun demikian tidak jarang, bahkan kebanyakan orang memandang haji sebagai anugrah. Mereka terbiasa mengadakan tasyakuran segala, bahkan sebelum berangkat haji mereka mempersiapkan segalanya, mulai dari mengadakan pengajian, tasyakuran, dan ritual-ritual yang lainnya. Orang tipe seperti ini banyak kita jumpai diberbagai sudut kota yang masih terpinggirkan, desa, dusun, ataupun tempat yang jauh dari keramean kota.

Tidak hanya itu, dalam pandangan masyarakat modern haji diistilahkan sebagai seminar Internasional. Jadi mereka yang melaksakan ibadah haji sama halnya sedang mengikuti seminar Internasional. Hujjaj adalah mereka yang mendpatkan undangan seminar Internasional. Bagi mereka yang berpandangan demikian, yakni mereka yang sudah sering terbiasa dalam memenuhi undangan seminar, maka dia akan berpandangan bahwa segala hal yang berkaitan dengan kedatangan peserta seminar akan diganti oleh panitia, baik transportasi dan akomodasi ataupun kebutuahan yang lainnya.

Lebih dari itu semua, ada juga sebagian umat islam yang memandang bahwa ibadah haji merupakan “gladik resik” kematiann. Lihat saja aktifitas dan segala tingkah laku mereka yang melaksanakan prosesi ibadah haji seakan mempersiapkan dirinya untuk menjemput kematian. Mulai dari akan berangkat banyak pengantar yang menagisi saat melepas kepergiannya, bahkan dibeberapa tempat ada yang diazani segala. Hal ini persis ketika seorang mayit akan berangkat menuju liang lahat dengan hanya dipakaikan 2-3 lembar kain kafan. Ini samahalnya ketika mereka yang berangkat haji sampai disana hanya akan memakai 2 lembar kain kafan putih.

Lain halnya dengan ibadah islam yang lain, ibadah haji pada umumnya dianggap berat dan sulit?. Namun benarkah demikian?. Sulit sih nga’ berat mungkin ya. Tidak ada semua ibadah yang sulit!. Karena pada hakikatnya semua kewajiban mengamalkan ibadah selalu disertai catatan “semampunya”. Hal itu dibuktikan dengan perintah-Nya yang termanifestasi dalam al Qur’an IttaquLLaha Masthatho’tum “Bertaqwalah kepada-Ku semampumu”.

Allah sendiri Mahamengetahui kemampuan dan kekuatan hamba-hamba-Nya. Mengetahui taraf pemahaman dan pemikiran mereka. Allah sangat mengetahui dengan pasti bahwa hamba-Nya yang berusaha untuk melaksanakan peerintah-Nya tidak sama kemampuan dan kepandaiannya.

Jika dilihat dari segi pelaksanaannya, haji memang terasa berat karena disamping memerlukan tenaga, haji juga membutuhkan biaya. Namun bila ibadah haji tersebut dipandang dari sisi ibadahnya, haji sama sekali tidak sulit. Dalam pembacaan Gus Mus, begitu sapaan akrap KH. Musthafa Bisri, menggungkapkan bahwa ibadah haji tidaklah sulit, “barang kali yang menganggap sulit adalah mereka orang-orang KBHI”. Dalam pandangannya haji bukanlah ibadah yang sama halnya dengan ibadah sholat yang membutuhkan arahan dan bimbingan yang rumit. Haji merupakan ibadah amaliah. Arinya, yang penting adalah amaliah amal, lakunya. Asalkan benar ihramnya (memakai 2 lembar kain putih, dan niatnya haji/umrah), benar thawafnya (mengitari ka’bah kekiri 7 kali), benar sai’inya (jalan hilir mulai dari bukit shofa ke marwa sebanyak 7 kali), dan benar wukufnya (berdiam diri di Arafah), benar melempar jumrahnya, umrahnya, dan mengerjakan rukun haji yang lainnya dengan tertip, maka sahlah hajinya. Sedangkan bacaan-bacaan yang lainnya hanyalah merupakan suplemen/pelengkap, bukan rukun haji.

Haji anda akan sah apabila telah mengikuti alur amaliah dengan mengikuti rukun yang telah ditetapkan, tidak usah dibimbing ataupun ditatar sekalipun InsyyAllah anda pasti bisa melaksanakan nya. Misalnya saja, jika anda salah mengerjakan tawafnya, ke kanan misalnya, maka anda akan bertabrakan dengan para jama’ah yang lain karena anda menentang arus. Setiap orang yang mengetahui hitungan bilangan dan mengetahui bukit shofa dan marwa pasti bisa mengerjakan sai. Jika begitu mudahnya menjalankan amaliah haji, namun mengapa sudah ada pelatihan bahkan penataran masih ada banyak KBIH segala? Begitu tulis Gus Mus dalam bukunya Membuka Pintu Langit.

Tidak salah jika haji itu dipandang sebagai salah satu ibadah yang berat dan sekaligus sulit. Namun justru sesuatu itulah yang jarang terfikirkan oleh mereka yang berangkat haji. Mereka tidak mengetahui bahwa pada hakikatnya haji itu, “menyenangkan Allah dan mencari ridha-Nya”. Bukan untuk menyenangkan diri sendiri. Semua yang berangkat haji bisa dipastikan menginginkan hajinya menjadi haji mabrur, haji yang diterima Allah SWT. “tidak ada balasan lain untuk haji mabrur kecualisurga”.Semangat untuk menjadi haji mabrur dari satu sisi itu adalah semangat Islam yang harus senantiasa dijaga. Namun pernahkan kita berfikir, mereka yang bersemangat untuk mendapatkan haji yang mabrur, tiba-tiba menjadi manusia egois yang tidak mengenal bahkan tidak mau tahu saudara-saudaranya yang sama-sama menginginkn haji yang mabrur. Akibatnya mereka rela bersikut-sikutan, bahkan sampai bertenkar di tanah suci, mereka tidak ingat lagi ibadah haji yang telah ditunaikannya. Ironisnya mereka mengganggap hal itu sebagai bentuk kewajaran, dan menganggap seperti sedang berada ditanah airnya sendiri.

Hadirnya semangat tanpa dibarengi pemahaman dan kesadaran semacam itulah kiranya dalam jangkauan yang lebih luas – keberagamaan secara umum sering menjadi permasalahan dalam hidup. Semangat ber-Islam yang demikian hebat, ternyata jauh melebihi pemahaman terhadap Islam itu sendiri. Semangat mencintai dan menyenagkan Allah tanpa dibarengi dengan pengenalan terhadap-Nya, ibarat mecintai kekasih namun tidak mengenalnya kekasihnya. Ironis, lucu, dan sekaligus mengharukan. (kh).

Artikel dikutip dari buku “Membuka Pintu Langit”, Karya Musthafa Bisri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun