Pendidikan merupakan sebuah sarana atau sebuah media bagi seseorang untuk meraih harapan masa depan, karena hanya dengan pendidikan seseorang akan mengerti banyak hal, tanpa pendidikan seseorang cenderung menjadi manusia yang tidak beradap, mereka akan tertinggal dalam segala hal termasuk menjadikan mereka orang-orang yang terpinggirkan dan tidak dianggap oleh sekililingnya, tapi kalau kita melihat realitas yang ada, justru banyak sekali pengangguran berpendidikan, coba kita lihat, berapa banyak pengangguran strata sarjana S-1 setiap tahunnya, belum lagi mereka yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya, itupun masih beruntung jikalau ditempatkan dalam sebuah ruangan yang ber AC, nah bagaimana jikalau berada di tengah trik matahari dengan bersenjatakan clurit dan cangkul, sungguh luar biasa bukan ?. hari sabtu kemaren mungkin menjadi hari paling bersejarah bagi campus biru UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG karena telah berhasil mencetak sarjanawan sebanyak seribu seratus enam, tapi benarkah semua itu telah sarjana ? atau hanya sarjanawan simbolis saja, dengan baju hitam dengan toga di tangan bak milyader mendadak yang tidak bisa diam, selalu ingin tersenyum bahagia, padahal isinya kosong bagai pistol tanpa peluru.
Proses pendidikan yang mengekang, mahasiswa lebih mirip dengan kerbau yang selalu di atur, dibawa kesana kemari, setelah singgah di rerumputan lalu diletakkan begitu saja, kerbau dibiarkan memilih makanan sesuka hatinya, tapi bagaimana mau memilih makanan yang di anggap menyehatkan sementara kehidupannya selalu di dalam kandang, tak pernah tau menau berbagai makanan di luar, tiap harinya selalu diberi rumput yang sama, itu itu saja, bagitupula dengan pendidikan saat ini, banyak sekali seorang guru yang malas sekali membaca dan tidak mau belajar lagi, karena kehidupannya sudah enak dan ilmu yang didapatkan sudah merasa cukup untuk disalurkan ke anak didiknya sehingga apa yang terjadi ? anak didik menjadi korban, anak didik lebih mirip seperti kerbau, dia hanya diberi satu teori saja untuk menyelesaikan beragai masalah yang di hadapinya, bahkan yang lebih parah lagi ketika seorang murid mengerjakan dengan teori baru justru disalahkan dan di anggap salah, padahal semua itu murni kesalahan guru sok pintar, kira-kira seperti itulah gambaran proses pendidikan pada saat ini.
Pada tahun 1993, Chui Zhiyuan, seorang professor dari Tsinghau University dan dosen pengajar di MIT, menulis sebuah artikel yang berjudul “pembebasan Pemikiran” dia menyatakan bahwa setelah terbebas dari Marxisme Ortodok, kaum intelektual Cina seyogyanya membebaskan diri dari kekaguman berlebihan terhadap kapitalisme barat. Dari pernyataan Chui Zhiyuan tersebut sudah sangat jelas, seyogyanya proses pendidikan haruslah terlepas dari yang namanya pengekangan, mereka harus diberi kebebasan berfikir secara kritis, tapi bagaimana mau berfikir secara kritis jikalau selalu disalahkan oleh gurunya, seorang guru yang hanya mempunyai pengetahuan terbatas dan tidak mau menerima kebenaran yang lain, mungkinkan kita masih bisa mencetak para pemikir-pimikir seperti yang dikatakan oleh Ganh Yang, saat sekarang bagi Cina untuk mengambil pengalaman yang di alami bangsa Cina dan menciptakan gagasan modernitas baru, daripada mengimpor teori secara bulat-bulat dari luar negeri, dan apa yang sekarang terjadi di Cina, Negara cina merupakan merupakan Negara terproduktif di dunia, setiap Negara tidak mampu membendung produk buatan Cina, lalu bagaimana dengan Indonesia ? yang di kabar kabarkan akan menjadi Negara macan Asia terlebih dahulu, ketika di pinpin oleh sosok bung karno, justru sekarang menjadi Negara yang berjalan terseot-seot untuk mengimbangi tantangan global.
Pendidikan ohh Pendidikan, roh mu seperti telah pergi dari jasadnya, kau hanya jasad layaknya robot-robot mainan lengkap dengan remot kontrolnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI