Berbicara pilpres, saat ini sepertinya kurang menarik. Sebab, sudah jelas Jokowi berada diatas kertas, satu langkah kakinya sudah berada di depan, tinggal menunggu keputusan KPU saja 2019 untuk kembali dilantik.
Meski hal tersebut hanya sebatas analisa gotak gatik gatuk, bisa kemungkinan terbalik. Tapi, bila melihat seringnya blunder yang dilakukan Prabowo membuat perkiraan tersebut serasa data valid.
Tadi, saya berbincang-bincang dengan kawan. Lebih ekstrim, ia justru berkata bila pilpres telah selesai. Seringnya blunder Prabowo, ada dugaan kuat bahwa ia telah mengaku kalah.
Meski demikian, kekalahan tersebut hanya semu. Sebab, dibelakang layar diduga sudah ada pembagian sektor garapan. Paling tidak, untuk mengembalikan modal yang telah keluar selama proses pendaftaran sampai selesai pilpres.
Segelintir rakyat boleh huru hara dengan fanatismenya pada Prabowo. Sementara para elit parpol sudah selesai, ini akan menyakitkan bagi mereka yang faham. Lihat saja Kyai Ma'ruf Amin tidak banyak muncul, soal Sandi yang rajin bukan sekedar kepentingan Pilpres melainkan kepentingannya dimasa yang akan datang.
Setelah masa Jokowi selesai nanti. Siapa lagi bila bukan Cak Imin, Romahurmuzy, Mahfud MD dan tentu Sandiaga Uno yang akan menjadi calon terkuat. Mereka adalah orang-orang yang memiliki potensi dan kesempatan untuk berlaga merebut RI satu nantinya.
Saya tidak berpihak pada siapa pun, baik Prabowo atau Jokowi. Sebab bagi saya, berpihak pada keduanya tidak akan mendapatkan apa-apa. Tulisan ini, bukan soal keberpihakan melainkan soal pikiran dan analisa tentang kepekaan terhadap beragam peristiwa politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H