“Keris apaan ini? Gak percoyo aku nek benda mati ini ada isinya,” Yono menimang - nimang keris yang gagangnya terbuat dari besi kuningan dan berbentuk kepala naga. Dahinya berkerut. Lelaki itu masih tak mempercayai cerita adik iparnya. Ditaruhnya keris yang lebih besar, lalu diambilnya satu keris lagi yang lebih pendek dan kecil ukurannya. Ditariknya keris tersebut dari warangka yang terbuat dari kayu cendana dan mengeluarkan bau wangi. Meski dimakan usia keris tersebut tak terlihat berkarat, malah sepertinya masih cukup tajam.
“Tapi kata orangtuaku ini keris bersejarah, Mas, ” Dodi mengambil keris yang lebih besar dan membersihkan gagangnya dengan kain bersih.
“Halahhh, hari gini kamu masih percaya hal-hal mistis seperti itu, “ Yono memasukkan kembali keris yang dipegangnya dalam warangka dan menaruh di atas meja.
Dodi hanya tersenyum mendengar ledekan kakak iparnya. Seminggu yang lalu sebelum ayahnya meninggal, Dodi mendapatkan amanah untuk menyimpan sepasang keris yang telah berusia lebih dari seratus tahun. Selama ini Dodi tahu kalau ayahnya sangat menyayangi sepasang keris peninggalan leluhurnya itu. Secara rutin ayahnya selalu melakukan penjamasan terhadap benda pusaka tersebut dan menyimpannya dalam kotak khusus.
“Kamu percaya, Ndar, kalau dua keris itu ada isinya?” Dodi mengambil sepotong sukun goreng yang baru saja dihidangkan Sundari, adiknya, di atas meja.
“Kalau almarhum ayah mertuaku bilang seperti itu, mungkin saja sih, Mas, " Sundari yang duduk di samping Dodi mengambil keris berukuran lebih kecil dan memperhatikan dengan saksama bentuknya.
***
Yono merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur di kamar Bayu, ponakannya. Badannya terasa sangat lelah. Jarak lebih dari 450 kilometer baru saja ditempuhnya dari kota Ungaran ke Jakarta. Untung saja sekarang ada tol sampai ke kota Brebes yang kemacetan di Brexit alias Brebes exit saat lebaran lalu sempat menjadi pemberitaan dunia.
Setiap mengantarkan mobil pesanan konsumen ke Jakarta, Yono memang selalu menginap di rumah adik perempuannya. Sebulan bisa tiga-empat kali lelaki berusia 45 tahun itu ke Jakarta dan biasanya akan menginap semalam di rumah Sundari sebelum kembali ke Ungaran.
“Pakde, capek ya?“ tanya Bayu yang sedang sibuk menyelesaikan lukisannya.
“Ya, lumayan, Le .Badan Pakde kayak dipukulin orang sekampung.”