[caption id="attachment_278000" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber gambar : reverendum.blogspot.com "][/caption] No 66 - Dewi Sumardi Sumber gambar : reverendum.blogspot.com Pemain : - Ratno : seorang bocah, tukang angkat belanjaan di pasar - Musrikah (ibu berjilbab) : pembantu rumah tangga - tukang ayam - Tacik : penjual bahan kue ***** Setting : Pasar Karangayu Pagi itu dipadati oleh puluhan pedagang dan ratusan pembeli. Di bawah tangga jembatan penyebrangan sudah tampak berjajar pedagang tiban (musiman) yang menjajakan segala keperluan lebaran dari Pedagang pakaian, pedagang selongsong ketupat, pedagang kembang api dan beberapa pedagang lainnya. Di los-los di dalam pasar para pedagang juga tampak sibuk melayani pembeli. ***** Adegan 1 : Di Depan Tukang ayam Seorang Bocah Laki-laki berusia sekitar 12 tahun dengan baju kumal tampak berdiri di belakang seorang ibu berjilbab yang sedang menawar ayam kampung. Tangan bocah bernama Ratno itu membawa 2 kantong plastik berisi barang belanjaan Ibu berjilbab : " Pak, ayamnya berapa" Tukang Ayam : " 75 ribu bu " Ibu berjilbab : " Walahhh mahal sekali, 50 ribu aja to Pak " Tukang Ayam : "Wahh ya jangan kalau 50 ribu, 70 ribu boleh deh " Ratno memperhatikan percakapan ibu berjilbab dan pedagang ayam dengan seksama. Pikirannya melayang, membayangkan ibunya dan dua orang adiknya. ***** Adegan 2 : Di depan tukang ayam Ibu berjilbab : " Dik, ayoo kita jalan lagi" Ratno tersentak dari lamunannya. Dua ekor ayam kampung yang baru saja dipotong dan dibersihkan diserahkan kepadanya Tangan Ratno sekarang memegang 3 kantong plastik, semua berisi kebutuhan untuk hari Lebaran. Ada ayam, bumbu-bumbu, dan selongsong ketupat. Ratno mengikuti Ibu berjilbab itu berjalan memasuki lorong Pasar Karangayu. **** Adegan 3 : Di Toko Bahan-Bahan Kue Ibu berjilbab : " Cik, mau bikin kastengels sama nastar lengkap gak bahannya?" Tacik Penjual bahan kue : " semua lengkap kecuali keju edam" Ibu berjilbab tersebut mengangguk Tacik sibuk melayani segala bahan kue yang dibutuhkan. Ibu berjilbab : " Dik, ibu mau membeli daging sapi sebentar. Sudah terlalu berat ya bawanya. adik tunggu sebentar ya di sini" Ditatapnya wajah Ratno, dia yakin bocah kurus ini bisa dipercaya. Ratno menganggukkan kepalanya Dia berdiri agak menepi agar tak mengganggu orang yang lalu lalang. Semakin siang pasar semakin bertembah padat. Teriakan beberapa penjual terdengar bersahutan menawarkan dagangannya. Ratno kembali terpikir pada permintaan adiknya semalam, tiba- tiba matanya memandangi tas plastik bawaannya. Tas yang berisi ayam 2 ekor, selonsong ketupat dan bumbu-bumbu. Dan Ratno tergoda. Ratno berkata dalam hati : "ibu berjilbab tadi pasti bisa membeli lagi selonsong ketupat dan dua ekor ayam itu. Jadi andai aku bawa pulang, pasti tak akan terlalu kehilangan. Ratno menatap ke kanan dan ke kiri, semua orang sibuk dengan belanjaan dan jualannya masing-masing. Bergegas Ratno meninggalkan lorong itu, jalannya begitu cepat. Badannya yang mungil melompat dengan ringan ke dalam bis kota yang baru hendak berjalan meninggalkan halte di depan pasar. ***** Adegan 4 : Di Dalam Bis Kota Ratno mencari tempat duduk. Hatinya setengah gelisah. Batinnya menjerit : " Sungguh bukan ini yang saya inginkan, menjadi seorang pencuri " Tapi wajah ibu dan adik-adiknya terus menari di pelupuk matanya. Teringat janjinya pada adik-adiknya untuk membeli selonsong ketupat dan ayam buat lebaran esok hari. ***** Adegan 5 : Di tengah pasar Karangayu Musrikah tampak bingung ketika dilihatnya anak yang menenteng belanjaannya tak nampak di tempat semula (kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri) Musrikah bertanya pada pedagang dan pembeli yang ada di sekitar situ, tapi semuanya menggeleng tak ada yang tahu kemana bocah kecil itu pergi. Lemaslah tubuh Musrikah. Batinnya menangis pilu : "Duh Gusti bagaimana aku harus mengganti semua ini" Aku harus berbuat apa. Dik apa kamu tidak tahu kalau itu belanjaan majikanku, bukan milikku". Musrikah membayangkan wajah majikannya, Ibu Sribangun yang menyuruhnya belanja pagi tadi. Dia ingat ketika majikannya marah karena Musrikah memecahkan gelas dan piring. Dia harus menggantinya. Musrikah berkata dalam hati," Ya Allah pasti aku tak akan menerima sisa gajiku sore nanti. Bu Sribangun pasti tak akan percaya kalau belanjaanku hilang". Air mata mulai mengembang di mata bening Musrikah. Diusapnya dengan ujung jilbabnya. Kembali dia membayangkan wajah anaknya dan ibunya. Ingat janjinya akan membelikan baju muslimah untuk Annisa anaknya. Ingat janjinya pada ibunya akan membeli selonsong kupat dan seekor ayam untuk lebaran besok. Selonsong ketupat dan seekor ayam, semua orang membutuhkan di hari fitri. **** Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Event Fiksi Drama Ramadhan Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H