Mohon tunggu...
Dewi Sumardi
Dewi Sumardi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel dan ibu Rumah Tangga

IRT. \r\nMenulis untuk berbagi manfaat. \r\n Buku : 1. Let's Learn English Alphabethical A-Z, oleh nobel edumedia 2. Buku Keroyokan "36 Kompasianer Merajut Indonesia", oleh Peniti Media 3. Buku Keroyokan "25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia" oleh Peniti Media 4. Novel "Duka Darah Biru", penerbit Jentera Pustaka 5. Novel "Janji Di Tepi Laut Kaspia' oleh penerbit BIP 6. Novel " Ada Surga Di Azzahra" oleh penerbit Jentera Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpenku: Perempuan Berkerudung Jingga

21 Oktober 2014   23:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:13 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiga hari ini perhatianku tersita dengan kehadiran seorang perempuan, yang sepertinya usianya masih berkisar 20 tahunan. Setiap sore dia selalu berdiri di halte ini menunggu bus yang sama denganku, nomer 6. Mobil kesayangan yang biasanya menjadi transportasi andalan terpaksa harus beristirahat di bengkel langgananku. Uhhhh mobil tua keluaran Jerman itu memang cukup menguras kantongku. Ada saja spare part yang harus diganti. Tapi aku sayang untuk menjualnya karena aku sudah jatuh cinta ketika pertama kali melihatnya di Pusat Perdagangan Mobil Bekas di daerah Yasamal.

Hampir dua bulan ini Kantorku dipindah ke daerah Elamlar, tapi aku memutuskan untuk tidak pindah apartemen meski kini jaraknya lumayan jauh. Alasanku simple, aku malas berkemas. Meski aku menyewa apartemen fully furnished, tetap saja banyak barang yang harus aku bereskan. Akupun termasuk tipe orang yang malas menyesuaikan diri dengan tempat baru. Aku sudah klik dengan para tetanggaku di apartemen 17 lantai yang aku huni.

Perempuan dengan wajah berstereotype etnik Turki. Kulit yang putih, alis yang tebal dan hitam melintang di atas mata bagai ulat bulu, hidung mancung dan bibir tipis dengan warna lipstik yang tak menor. Yang khas dari penampilannya dia selalu memakai kerudung warna jingga. Terkadang polos, bunga-bunga, atau dipadu dengan warna lainnya, tapi berwarna dasar jingga dan selalu serasi dengan warna pakaiannya. Dimataku, dia termasuk wanita yang cantik dan menarik.

Meski aku sudah mengenal cukup banyak wanita Azerbaijan, baru ini aku merasakan ada yang lain di hatiku. Ya .. Aku tertarik dengannya. Sepertinya dia wanita karier yang berkantor di daerah Elamlar, karena kulihat penampilannya sangat rapi dengan blazer dan rok panjang. Sebuah tas laptop yang selalu ditenteng melengkapi penampilan perempuan berkerudung jingga tersebut.

Tak terasa pandanganku tenggelam dalam lautan pesonanya. Ya aku tak berhenti memandangnya semenjak dia datang lima menit yang lalu. Tiba-tiba dia menoleh kepadaku dan sepertinya dia tahu kalau aku sedang memandangnya. Sebuah senyuman tipis dia lemparkan kepadaku. Alahh mak .. Senyuman itu membuat jantungku berdegup kencang. Ingin rasanya aku langsung menyapa dan mengajaknya berkenalan, tapi semua itu tentu saja tak mungkin aku lakukan. Aku malu karena ada banyak orang yang juga menunggu bus di halte itu.
Bus no 6 yang membawaku menuju apartemenku di daerah Ganclik tiba. Beberapa orang yang menunggu bergegas untuk naik dan mencari tempat duduk di bus yang sudah lumayan penuh. Sengaja aku berdiri di dekat tempat duduk gadis berkerudung jingga tersebut Tangannya mulai terlihat sibuk memencet-mencet telepon genggamnya dan sekali lagi aku mulai terbius dengan kecantikannya. Tak bosan rasanya mataku menikmati pesona yang terpancar di wajahnya. Dan kali ini sepertinya dia tak menyadari ada sepasang mata yang sedang menatapnya.
Bus berhenti di depan Metro Elamlar. Banyak juga penumpang yang turun. Mungkin beberapa dari mereka berganti transportasi Metro untuk membawa ke tempat yang mereka tuju. Laki-laki tua yang duduk di sebelah perempuan berkerudung jingga itu ternyata juga turun. Lumayan aku mendapatkan tempat duduk dan beruntungnya aku bisa duduk di sebelah perempuan yang sedang membuatku mabok kepayang itu.
Sejenak dia menoleh padaku dan kembali melemparkan senyumannya.
Aku membalasnya dan kuberanikan diri untuk menyapanya,
" Salaam .. "
"Salaam "

"English?" tanyaku dan dia menganggukkan kepalanya.
Aku ulurkan tanganku sambil menyebutkan namaku,
" Bimo"
Sebuah anggukan kepala tanpa balasan uluran tangan diberikan sebagai tanda perkenalanku diterima.
" Shakila" jawabnya singkat.
Oh My God, nama yang begitu indah.
Akhirnya kami tenggelam dalam sebuah perbincangan panjang. Ternyata dia bekerja di sebuah stasiun TV yang berkantor di Elamlar. Akupun bercerita tentang diriku dan tentang Indonesia. Tak kusangka Perempuan bernama lengkap Shakila Mamadova tersebut adalah teman perjalanan yang menyenangkan,. Tanpa terasa aku sudah harus turun di halte depan Stadion Olahraga Tofiq Bahramov, dekat dengan apartemenku. Kecewa. Perjalanan yang terlalu singkat.

****

Shakila Mamadova, perempuan itu akhirnya menjadi teman perjalananku setiap hari. Bahkan ketika mobilku telah usai diperbaiki aku tetap menikmati perjalanan dengan bus kota meski udara sudah mulai dingin. Tak apa. Yang penting hatiku menghangat karena bisa melihat senyum Shakila setiap hari.
Hari ini genap sebulan aku mengenalnya. Aku bertekad ingin mengajaknya ke Bulvar untuk berkencan malam minggu nanti. Akan kuutarakan rasa cintaku padanya. Aku rasa dia juga menyukaiku. Duduk di Cafe Tenda sambil menghangatkan badan dengan cay lengkap dengan murrebeh-nya pasti akan mengasyikan apalagi sambil melihat burung-burung camar yang beterbangan di atas Laut Kaspia.
. Aku bosan dengan pertanyaan ibu setiap kali aku menelpon beliau,
" Nang, gimana sudah ketemu gadis yang sreg dihatimu? wis ora sabar ibu pengen dapat mantu yang cantik dan sholehah. Eling usiamu sudah lewat 30 lho Nang "
Uhhh .. Mantu .. Mantu .. Mantu .. Ibu pikir gampang mencarikan menantu untuk beliau. Aku memang anak lelaki satu-satunya danbungsu dari tiga bersaudara dan kedua kakak perempuanku sudah menikah.

Aku tersenyum membayangkan wajah ibuku yang masih cantik meski usianya sudah hampir menginjak angka 60. Wajah yang selalu kurindu di manapun aku berada.
"Hai Shakila .. Nejesan? " Sapaku ketika dia melangkah mendekatiku di halte bus.
" Hi Bimo. Yaxsi"
Shakila merapatkan jaket coklatnya. Udara hari ini memang cukup dingin. Untung bus no 6 segera datang. Cukup Lega. Syukurlah, jadi kami bisa duduk sebangku.
Lama kami terdiam seperti tak ada bahan yang ingin diperbincangkan atau kami memang sedang tenggelam dengan pikiran masing-masing. Aku sendiri sedang menimbang-nimbang ajakanku. Apakah Shakila tak akan marah dan tersinggung, karena kami baru saja kenal sebulan. Kalau Shakila, apa ya yang sedang dipikirkannya? Apakah dia juga sudah jatuh cinta dengan pria Indonesia yang tampan ini?
" Shakila ... "
"Bimo ..."
Secara bersamaan kami saling memanggil dan kami saling bertatapan, lalu tertawa lepas.
" You first " kata Shakila dengan lembut.
"No .. Ladies first "
Shakila tersenyum, dia membuka tas dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya. Kulihat seperti sebuah Undangan pernikahan yang beberapa kali aku terima dari teman-teman Azeri-ku yang menikah. Aku tak berkata apapun.
" Bimo .. This invitation is for you"
Aku mengernyitkan dahiku.
" For me? What invitation?"
Shakila menganggukkan kepalanya.
" My Wedding Party" jawabnya hampir tak terdengar di telingaku.
Duerrrr .. Shakila?? Akan Menikah??
"Bimo .. What do you want to say?" tanya Shakila.
Aku menggelengkan kepalaku. Undangan warna putih itu masih ada di tanganku. Tak ada hasrat sama sekali untuk membukanya.
"Bimo, are you okay?"
Aku terdiam, hatiku pecah berkeping-keping bagai terhempas dari Flame Tower..
Kenapa sebulan ini Shakila tak pernah menceritakan tentang rencananya menikah?
Menceritakan kepadaku?
Ah memangnya aku ini siapanya?
Toh aku hanya teman dalam perjalanannya.
Aku meninggalkan Indonesia dua tahunan yang lalu karena kekasih hatiku harus menikah dengan orang lain. Dan sekarang aku harus patah hati kembali untuk ke dua kalinya di saat aku mulai bisa mencintai wanita lain. Cinta? Entahlah akupun sendiri tak tahu perasaanku yang sesungguhnya padanya.
Perempuan berkerudung Jingga ... Tak hanya Shakila, tapi Rasti, bekas kekasihku juga selalu memakai kerudung berwarna jingga.

Keterangan :
1. Yasamal, Elamlar, Ganclik : Nama-nama daerah di Baku
2. Metro : Kereta Api
3. Salaam (Azeri): sapaan yang di pakai di Azerbaijan
4. Bulvar : taman yang paling panjang di Baku, terbentang di pinggiran Laut Kaspia
5. Cay (Azeri): Teh (Orang Azerbaijan lebih hobi minum teh, daripada ngopi)
6. Mureebeh(Azeri) : Seperti manisan buah, biasanya dimakan sambil minum teh
7. Nang : panggilan anak laki-laki di Jawa
8. Wis ora sabar (Jawa) : Sudah tak sabar
9. Eling (Jawa) : Ingat
10. Nejesan (Azeri) : Apa khabar
11. Yaxsi ( Azeri) : Baik
12. Flame Tower : Tiga menara tertinggi di Baku, berbentuk seperti lidah api.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun