Mohon tunggu...
Dewi Sumardi
Dewi Sumardi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel dan ibu Rumah Tangga

IRT. \r\nMenulis untuk berbagi manfaat. \r\n Buku : 1. Let's Learn English Alphabethical A-Z, oleh nobel edumedia 2. Buku Keroyokan "36 Kompasianer Merajut Indonesia", oleh Peniti Media 3. Buku Keroyokan "25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia" oleh Peniti Media 4. Novel "Duka Darah Biru", penerbit Jentera Pustaka 5. Novel "Janji Di Tepi Laut Kaspia' oleh penerbit BIP 6. Novel " Ada Surga Di Azzahra" oleh penerbit Jentera Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bagaimana ya Rasanya Mempunyai Anak Perempuan?

17 Oktober 2014   06:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:42 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413476899339118122

Hampir setiap pasangan suami istri pasti sangat mendambakan bisa mempunyai keturunan. Ada yang begitu menikah langsung diijinkan Allah untuk hamil dan kemudian melahirkan buah hati yang menyemarakkan kehidupan rumah tangga mereka. Tetapi ada pula  yang bertahun-tahun menunggu dan menunggu dengan aneka usaha dan ikhtiar, tetapi Allah belum juga menitipkan seorang anakpun kepada mereka. Ada yang dikaruniai dua, tiga, lima dan bahkan sebelas orang anak, tetapi ada yang hanya dipercaya untuk mengurus satu orang anak saja. Semua itu  memang sudah menjadi kehendakNya.

Saya dan suami berasal dari sebuah keluarga besar, sebelas bersaudara dan sama-sama dilahirkan sebagai anak bungsu. Kebayang khan masa kecil kami benar-benar dilalui dalam suasana ramai dalam sebuah keluarga. Sementara, dalam pernikahan kami yang sudah berjalan hampir 19 tahun, kami hanya dikaruniai seorang anak laki-laki yang sekarang sudah berusia 17 tahun. Bersyukurkah kami? Ya, tentu saja kami sangat berterimakasih pada Yang Maha Memberi, masih menitipkan "permata hati" kepada kami, sementara kami lihat ada beberapa saudara, sahabat dan teman-teman kami yang sudah bertahun-tahun menikah belum diberikan kesempatan mengecap manisnya menjadi orang tua. Kalau ditanya apakah kami masih ingin mendapatkan "titipan" lagi dari Allah? Jawabannya sangat ingin. Terlebih lagi Hanif sangat ingin mendapatkan adik untuk menambah semarak rumah kami. Sepi katanya, dan pengeen sekali merasakan "sensasi diganggu dan mengganggu" adik seperti teman-temannya.  Tapi mungkin rejeki yang Allah berikan kepada  kami adalah satu anak lelaki, belum ada yang lainnya.

Sebagai manusia yang diberikan sifat kurang puas dengan apa yang telah dipunyai, terkadang dalam benak saya terlintas perasaan "iri" melihat saudara, sahabat atau teman yang diberikan kesempatan bisa menimang seorang anak perempuan.
Saya sering membayangkan, bagaimana ya rasanya mempunyai anak perempuan. Mungkin begini ya rasanya :
1. Gemessss melihatnya bisa  diberi pakaian warna-warna pastel dengan anting ditelinganya, plus bando cantik atau kucir dua di kepalanya. Beda dengan anak lelaki yang "hanya" bisa diberi pakaian itu-itu saja, kemeja kaos dengan celana panjang/pendek.

2. Kalau sudah remaja anak perempuan bisa membantu mamanya dengan pekerjaan rumah plus menjadi teman jalan-jalan dan memilihkan baju atau sepatu mamanya. Hmmm, kalau yang ini sebenarnya Hanif masih mau melakukan sih. Pekerjaan rumah, kalau membereskan kamarnya memang masih tobatttt tobil deh saya, malasnyaaaa setengah mati. Kebayang kalau dia harus nge-kos nantinya, tapi jawabnya selalu "sekarang khan masih ada mama, kalo nanti sendiri ya pasti dong jadi mandiri" (tepok jidat deh mendengar alasannya). Kalau soal membantu di dapur, nahhh justru ini Hanif suka. Mungkin juga karena dia suka makan, Hanif sering sekali mencoba resep yang didapatkan dari youtube, mulai nasi atau mie goreng, pizza, spagheti, omellete dan lain-lain. Untuk urusan jalan-jalan di pusat perbelanjaan, Hanifpun termasuk anak yang sabarrrr menemani dan memilihkan barang untuk Mamanya. Dia akan ikut memilah dan memilih blouse atau kerudung apa yang cocok untuk mamanya (hmmm so sweet )

3. Anak perempuan biasanya rajin berkabar ria dengan mamanya. Saya beberapa kali pernah dibuat stress menunggunya di parkiran sekolah sewaktu Hanif SMP. Saya tanya satpam sekolah, katanya sudah keluar,  ehh si anak dengan tenangnya berada di rumah temannya untuk membuat tugas tanpa memberitahu. Katanya no news means good news. Dan ini sekarang selalu saya tekankan, bahwa khabar anak adalah hal penting sekali bagi orang tua. Tapi saya punya kok  "anak perempuan" dunia maya yang rajinnn sekali berkabar. Sapaannya dipagi, siang dan malam membuat saya seperti mempunyai anak perempuan yang sedang kuliah jauhhh dari saya. Terimakasih sudah memanggil "Bunda" ya Nak .. (anak perempuanku di Kompasiana)

4. Membayangkan hari tua nantinya, anak perempuan biasanya "lebih care" dan sabar untuk mengurusi orang tuanya. Anak lelaki mungkin bukan tak sabar, tapi keterbatasan waktu karena tanggung jawabnya sebagai pencari nafkah dalam keluarga akan membuatnya melimpahkan "urusan" orang tuanya kepada sang istri. Hmmm, gimana ya rasanya diurus sama mantu perempuan? Ikhlas gak ya dia nanti merawat kami nantinya? Tapi kalau boleh memilih kami tak mau nantinya menjadi beban bagi anak kami dan keluarganya. Semoga kami diberi kesehatan sampai ajal menjemput.

Ahh kok saya jadi ngelantur membayangkan hal yang sampai sekarang belum kami punyai. Syukur Alhamdulillah Ya Allah, masih Engkau beri kami kesempatan merawat "amanahmu". Semoga dia bisa tumbuh menjadi lelaki yang amanah dan bertanggung jawab dunia akhirat pada keluarganya kelak.

#selamatmalam#
Salam dari Baku ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun