Mohon tunggu...
suryati mahmud
suryati mahmud Mohon Tunggu... -

saya suryati ttl bima 26 september 1993. kuliah di fkip unram

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

TARI WURA BONGI MONCA : BUDAYA MASYARAKAT BIMA

11 Maret 2015   15:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:48 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah Negara yang kaya akan budayanya. Dari sabang sampai merauke terdapat berbagai macam budaya. Salah satunya adalah budaya “ tari wura bongi monca ”di Bima, Nusa Tengga Barat. Daerah Bima mempunyai seni, budaya, tradisi yang indah dan menarik yang merupakan titipan dari leluhur pada masa kerajaan dan kesultanan. Salah satunya adalah kebiasaan “Wura Bongi Monca”. " Wura artinya Menabur, bongi artinya Beras dan Monca artinya Kuning, jadi "Wura Bongi Monca" adalah tarian Menabur Beras Kuning. Wura Bongi Monca adalah Menabur beras kuning. Beras kuning adalah lambang kesejahteraan, kejayaan keluarga dan mengandung makna sebagai modal dalam kehidupan serta sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Bima bila ada upacara adat seperti hari jadi Bima, sunatan, hajatan dan lain-lain akan mengadakan acara menabur beras kuning dan tari wura bongi monca (tari menabur beras kuning).

Tari wura bongi monca adalah sebuah tradisi atau adat bima yang berkembang pada masa kesultanan Abdul khoir sirajuddin, yang memerintah antara tahun 1640 – 1682. Tari ini dengan segala lemah gemulai para penarinya untuk menarik perhatian yang cukup besar para pembesar yang berkunjung ke dana mbojo atau tanah bima, sebab penarinya terdiri dari darah-darah ayu, dengan gerakan yang lemah gemulai di sertai dengan wajah anggun lagi syahdu para penari yang terdiri dari darah-darah ayu menabur bongi monca atau beras kuning sebagai simbol doa restu harapan kehadapan tuhan yang maha kuasa agar para tamu selalu bahagia aman dan sejahtera.

Tarian wura bongi monca biasa digelar pada acara-acara penyambutan tamu baik secara formal maupun informal. Pada masa kesultanan tarian ini biasa digelar untuk menyambut tamu-tamu sultan. Tarian ini dimainkan oleh 4 sampai 6 remaja putri dalam alunan gerakan yang lemah lembut disertai senyuman sambil menabur beras kuning kearah tamu. Penaburan beras kuning ini memiliki makna bahwa bagi masyarakat Bima. Sebagaimana dalam falsafah bima tamu adalah raja dan membawa rezki bagi masyarakat bima itu sendiri, makanya tamu di sambut dengan semeriah mingkin oleh pemerintah dan masyarakat bima


Busana yang digunakan pada tarian ini adalah baju ASI warna merah muda dan dilengkapi dengan aksesoris-akseroris lain yang berupa sarung songket, selendang warna hijau dan biru, kalung untuk dipakai pada leher, gelang pada tangan, anting pada telinga dan bando yang dipakai di kepala sebagai ikat kepala. 2 buah Gendang besar, 1 Gong, 1 Tawa-tawa, dan 1 Sarone (Sejenis alat musik yang menyerupai seruling  tapi terbuat dari daun lontar ) merupakan perangkat alat musik yang mengiringi Tari Wura Bongi Munca. Sekarang tarian Wura Bongi Monca telah banyak mengalami perubahan dan kreasi. Dahulu, irama musiknya terkesan lambat, tetapi seiring perkembangannya. Iramanya dibuat lebih atraktif yang dipadukan dengan gerakan yang cukup dinamis dari pada aslinya yang menyerupai Tari Lenggo dengan gerakan yang lamban dan gemulai.( Baca catatan Tari Lenggo Titipan Keluguan Zaman untuk Generasinya.).

Cara gerakan teri wura bongi monca

Dalam hal ini kita akan melihat bagaimana caranya para penari tari ini, bergerak dengan sebaik dan seindah mungkin sebagai berikut :

·Berjalan pelan-pelan, tangan kiri memegang wadah (siku sejajar dengan bahu), tangan kanan membentuk sudut 35°

·Mutar ditempat, mutar ke kanan. Satu penari berjalan ke depan kanan panggung.

·Disusul penari kedua yang kepojok kiri panggung.

·Mendak, badan serong kekiri, kanan, atas dan bawah, tangan kiri memegang wadah (siku sejajar dengan bahu tangan kanan membentuk sudut 35°

·Maju empat langkah secara bergantian, posisi tangan sebagai penyangga wadah.

·Mendak, badan serong kekiri, kanan, atas dan bawah, tangan kiri memegang wadah (siku sejajar dengan bahu tangan kanan membentuk sudut 35°)

·Kaki kanan melukis huruf S didepan kaki kiri. Berbalik badan kekanan.Menyimpan beras di depan tampat posisi td.

·Duduk pelan-pelan. Sembahan, kedua  telapak tangan ditempelkan didepan muka, duduk jengkeng dengan kaki kanan didepan.

·Duduk jengkeng dengan kaki kanan didepan, tangan kanan di atas bahu kanan sambil diayunkan kebelakang dan kedepan.

·Duduk jengkeng dengan kaki kanan didepan, tangan kiri di atas bahu kanan sambil diayunkan kebelakang dan kedepan, tangan kanan diatas bahu juga tanpa diayunkan.

·Duduk jengkeng dengan kaki kanan didepan, kedua tangan diayunkan kedepan dan kebelakang.

·Berdiri pelan-pelan, kedua tangan disilangkan didepan wajah dan memposisikan tangan disebelah kanan dan kiri, kaki sambil mendak.

·kaki insert ke kanan, tangan kanan di ukelkan ditelinga kanan, tangan kiri menyangga siku kiri, badan digoyangkan kekiri dan kekanan.

·kaki insert ke kanan, tanggan kanan urus samping kanan, tangan kiri setengah tekuk kesamping kiri, goyang ke kiri dan kekanan dengan lembut.

·mendak, goyang kekiri ambil sampur pakai tangan kanan dan dikipat ke kanan samping.

·sampur sebelah kiri disimpan di atas bahu kiri, tangan kanan lurus kesamping,tangan kiri berada didepan perut.

·sampur kanan diseblak di tangan kanan depan, tangan kiri memegang sampur samping kiri.

·jinjit, mutar ditempat.

·kaki disilangkan sambil mendak, tangan kanan diukel ditelinga kanan, tangan kiri diukelkan lurus kebelakang bawah kiri.

·melangkah satu kali, kaki disilangkan sambil mendak, tangan kiri diukel ditelinga kiri, tangan kanan diukelkan lurus kebelakang bawah kiri. Gebyok gebyak sampur.

·sandal pangan, dan memutar kesebelah kanan, Gebyok gebyak sampur

·duduk pelan-pelan mengambil tempat beras

·tangan kanan ditarik keatas dan diukelkan di telinga kedua-duanya,

·Gebyok gebyak sampur, tangan kanan diukel, tangan kiri memegang wadah.

·jinjit, sambil jalan memutar tangan berbentuk tumpang tali, kebyak-kebyok sampur.

·kaki kanan mendak, kaki sedikit mendak dan ditempatkan di depan kaki kanan. tangan kanan diayunkan kebelakang dan kedepan.

·kaki kanan mendak, kaki sedikit mendak dan ditempatkan di depan kaki kanan. tangan kiri memegang wadah.

·seblak sampur, jalan mundur hingga mojok, dan langsung jalan kedepan berhadap-hadapan.

·mengambil beras ditaburkan kedepan dan kebelakang.

·kedua tangan memegang wadah, diayunkan keatas dan kebawah/ miring.

·jalan melangkah kedepan empat langkah, kaki kanan lurus kedepan,. agak bungkuk kedepan, beras yang ada diwadah dibuang keatas semua.

·balik kiri, membentuk lingkaran jalan memutar dan langsung masuk panggung..

Tarian Wura Bongi Monca tergolong cukup eksis hingga kini. Disetiap acara terutama penyambutan tamu dan acara-acara resmi Pemerintahan baik di kota maupun Kabupaten Bima terian ini biasa digelar. Mudahan-mudahan tarian Wura Bongi monca sebagai salah satu warisan peradaban Bima ini tetap eksis sepanjang Zaman dan terus terwarisi darei generasi ke generasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun