Mohon tunggu...
Maratun Syolihan
Maratun Syolihan Mohon Tunggu... -

Tempat tanggal lahir Dompu,17 November 1994, kuliah di Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Mataram.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Rimpu Suku Mbojo, NTB

11 Maret 2015   15:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:48 3431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rimpu adalah nama pakaian asal suku mbojo, pulau Sumbawa,Nusa Tenggara Barat.

Rimpu adalah memakai sarung dengan melingkarkannya pada kepala dimana yang terlihathanya wajah pemakainya dengan menggunakan sarung. kebudayaan rimpu yang merupakansalah satu hasil kebudayaan masyarakat Dompu-Bima. Umumnya, kaum perempuan memakai rimpu untuk menutup auratnya sebagaimana ajaran Islam mengajarkan bahwa setiap kaum perempuan yang sudah aqil balik harus menutup auratnya di hadapan orang yang bukan muhrimnya.

Ada dua jenis busana rimpu yang di gunakan oleh perempuan Dompu-Mbojo, Bagi perempuan yang belum menikah memakai busana rimpu hanya keliatan bagian mata dan telapak tangannya saja, sedangkan bagi perempuan yang sudah menikah atau berkeluarga memakai busana rimpu boleh keliatan bagian wajah.

Adanya perbedaan penggunaan rimpu antara yang masih gadis dengan yang telah bersuami, sebenarnya secara tidak langsung menjelaskan pada masyarakat terutama kaum pria tentang status wanita, apakah wanita tersebut sudah berkeluarga atau masih gadis, itulah yang unik dari budaya rimpu suku mbojo tersebut.

Keunikan dari budaya berbusana suku mbojo tersebut harus tetap di lestarikan, agar tidak punah sehingga generasi selanjutnya tau bahwa makna dari berbusana rimpu itu apa.

Busana rimpu yang menjadi salah satu budaya berbusana suku mbojo sekarang hampir punah, hal itu di sebabkan karena masyarakat Dompu-Bima, sudah jarang menggunakan rimpu untuk menutup aurat, hal itu disebabkan sudah banyak busana menutup aurat yang lebih bermoderen yang bermunculan.

Ibu-ibu yang sudah menikah/berkeluarga yang dulunya selalu menggunakan rimpu untuk berbusana menutup aurat sekarang sudah banyak yang beralih menggunakan jilbab. Begitupun perempuan yang belum menikah seakarang tidak lagi menggunakan rimpu, mereka memakai rimpu pada saat ada acara atau ivent tertentu saja yang diadakan. Karena apabila memakai rimpu, para perempuan yang masih gadis itu merasa malu sehingga mereka lebih menggunakan jilbab untuk menutup auratnya ketimbang menggunakan rimpu yang menjadi budaya berbusana suku mbojo.

Rimpu merupakan sebuah budaya dalam busana pada masyarakat Dompu-Bima (Dou Dompu Mbojo). Budaya "rimpu" telah hidup dan berkembang sejak masyarakat Dompu-Bimaada. Rimpu merupakan cara berbusana yang mengandung nilai-nilai khas yang sejalandengan kondisi daerah yang bernuansa Islam.Rimpu adalah cara berbusana masyarakatDompu-Bima yang menggunakan sarung khas Bima. Rimpu merupakan rangkaian pakaianyang menggunakan dua lembar (dua ndo`o) sarung. Rimpu ini adalah pakaian yang diperuntukkan bagi kaum perempuan, sedangkan kaum lelakinya tidak memakai rimpu tetapi”katente” (menggulungkan sarung di pinggang).Rimpu merupakan busana yang terbuat dari dua lembar sarung yang bertujuan untuk menutup seluruh bagian tubuh. Satu lembar untuk mernutup kepala, satu lembar lagi sebagai pengganti rok.

Untuk melestarikan budaya rimpu tersebut, pemerintah kab. Dompu, Kab. Bima dan Kota Bima sengaja mengadakan acara atau ivent untuk melestarikan budaya rimpu tersebut agar bisa tetap lestari dan di ketahui oleh semua orang.

Tapi kembali lagi ke budaya masayarakat Dompu-Bima yang sekarang sudah sedikit melupukan budaya rimpu tersebut, mereka lebih banyak menggunakan jilbab dengan alasan lebih praktis, selain itu juga para perempuan yang masih gadis masih banyak yang belum mengetahui cara memakai busana rimpu yang sesungguhnya, masih ada yang belum bisa memakai rimpu dengan alasan karena terlalu ribet dan butuh waktu yang lama oleh karena itu mereka lebih baik menggunakan jilbab sebagai alternatif untuk menutup aurat.

Tidak berhenti disitu saja pemerintah kab. Dompu,Kab. Bima dan Kota Bima tidak berhenti di situ saja,pemerintah terus mengadakan lomba-lomba untuk tetap melestarikan budaya tersebut, karena jaman sekarang sudah jarang sekali terlihat perempuan suku mbojo yang mengenakan rimpu, mudah-mudahan melalui acara-acara melestarikan budaya tersebut kita dapat mempertahankan budaya-budaya local yang ki8ni hampir punah dan bisa memperkenalkan budaya rimpu kepada generasi-generasi sekarang sehingga mereka tidak merasa asing dengan budayanya sendiri.

Kita ketahui bersama bahwa budaya rimpu tersebut sudah jarang di gunakan oleh kaum perempuan, sehingga generasi muda selanjutnya kurang paham dengan pakaian berbusana rimpu ttersebut, banyak anak-anak yang memakai busana rimpu tapi itu mereka gunakan hanya untuk bermain ninja-ninja karena emang cara berbusana rimpu tersebut mirip seperti ninja, mereka tidak tau apa manfaat atau kegunaan menggunakan rimpu tersebut adalah untuk menutup aurat.

Budaya berbusana rimpu sudah mulai di perkenalkan di acara-acara atau ivent-ivent besar seperti pada saata acara memperingati kesultanan Bima dan akan di perkenalkan juga pada saat acara Tambora Menyapa Dunia. Busana rimpu akan lebih dikenal sama semua orang bukan cumin suku mbojo saja yang tau bahkan orang dari daerah lain juga akan mengetahui keunikan berbusana dari suku mbojo tersebut.

Budaya berbusana rimpu harus tetap dilestarikan sampai kapanpun karena itu adalah warisan budaya ssuku mbojo yang harus tetap dipertahankan samapai kapan pun, generasi muda harus paham akan budaya nya sendiri dan harus ikut tetap melestaraikan budaya berbusana rimpu tersebut hingga pada akhirnya mereka akan menggunakan rimpu tersebut bukan pada saat acara-acara atau ivennt-ivent tertentu saja melainkan digunakan setiap hari agar mencerminkan identitas dari suku mbojo tersebut.

Oleh karena itu, generasi muda dari suku mbojo harus tetap melestarikan budaya rimpu agar tidak hilang, karena sudah banyak bentuk berbusana modern yang bermunculan, generasi dari suku mbojo harus tetap menggunakan rimpu tersebut agar identitas diri masyarakat suku mbojo tercermin dari cara berbusana nya tersebut, generasi muda harus menggunakan rimpu tersebut setiap hari bukan saja mereka gunakan pada saat acara-acara atau ivent-ivent besar saja sehingga mereka terbiasa berpakain busana rimpu tersebut, sehingga budaya rimpu setidaknya dapat dikenal oleh semua orang bukan cumin dari suku mbojo saja yang mengenal adanya berbusana seperti memakai ninja tersebut, kita sebagai generasi mud suku mbojo harus merasa bangga memili cara berbusa yang berbeda dengan dareah lain sehingga budaya berbusana rimpu harus tetap di pertahankan samapai kapanpun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun