Mohon tunggu...
Herlinda Oktaviani
Herlinda Oktaviani Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Universitas Mataram,\r\nSuka Traveling,\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Minta Diulang? Bukanya Sudah Menjadi Tradisi UN Bocor!

17 April 2015   21:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:58 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ujian Nasional biasa disingkat UN / UNAS adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan olehPusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) tahun ini menelan biaya yang tidak sedikit hingga Rp560 miliar. Sementara, pada tahun 2014 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menganggarkan Rp 545 miliar untuk dana ujian nasional. Biaya tersebuttermasuk untuk tim pengawas, transportasi, dan pemindaian naskah saol UN.Pengawasan dilakukan oleh perguruan tinggi negeri dan dinas pendidikan provinsi serta kabupaten/kota setempat.

Bocor atau curangnya UN bukan sekali ini saja terjadi. Hampir setiap tahunnya terjadi, jadi kasus ini lebih mirip kayak lagu lama yang diputar ulang. Dan memang itu seperti sudah jadi semacam tradisi.

Apabila murid memiliki kunci jawaban untuk soal yang diujikan, tentu saja para murid akan meraih nilai yang memuaskan dan lulus tanpa arang melintang. Layaknya kasus yang sudah – sudah, kasus kebocoran soal – soal UN kini telah menjadi sebuah tradisi dalam sejarah pendidikan Indonesia.

Dalam pelaksanaanya, Sering ditemukan kecurangan di berbagai daerah ataupun sekolah.Akankah tradisi bocor harus dilestarikan?Ini tanda tanya besar yang harus dijawab.Tradisi adalah suatu sebagai kebiasaan bersama dalam masyarakat manusia, yang secara otomatis akan mempengaruhi aksi dan reaksi dalam kehidupan sehari-hari paraanggota masyarakat.

Rencannya Ujian Nasional tingkat SMA pada tahun ini kan di ulang, karena terdapat banyak kecurangan. Kasus bocornya naskah soal Ujian Nasional (UN) yang diunggah lewat google drive, mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil langkah tegas. Jika UN di Ulang, maka akan dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit, sementara dalam pelaksanaannya jug akan terjadi hal yang sama.

Kita sebagai masyarat awam memang sudah mengethaui hal terebut,apalagi pemerintah yang notabennya berperan penting dalam setiap apapun, siapa yang akan disalahkan dalam hal ini, pengawasan yang seharusnya dijaga ketat oleh pemerintah justru longgar dan Pemerintah, juga harus melakukan penegakan hukum secara tegas terkait kasus kebocoran soal Ujian Nasional.

Dari segi pelaksanaan, pemerintah wajib memperhatikan kesalahan-kesalahan teknis, terutama pada pelaksanaan UN Computer Based Test (CBT). Pasalnya, persiapan dinilai mendadak sehingga pemerintah harus memperhatikan kondisi psikologis siswa. Kemudian, dari sisi penyelenggaraan pendidikan, sebaiknya pemerintah menghilangkan paradigma sekolah-sekolah atau Perguruan Tinggi Negeri favorit. Selama masih ada paradigma tersebut, peserta ujian akan berusaha mendapatkan akses masuk ke sekolah favorit.

Ada banyak hal yang bisa di lakaukan untuk mencagah Ujian Nasional bocor pada tahun mendatang, dintaranya: Pertama, meningkatkan peran perguruan tinggi sebagai pengawas dalam pelaksanaan distribusi soal. Peran perguruan tinggi ditingkatkan untuk membantu mengawasan distribusi soal sampai titik simpan terakhir. Kedua, jumlah paket/jenis soal ditingkatkan dari lima soal pada tahun lalu menjadi 20 soal. Langkah ketiga untuk mengatasi kebocoran soal adalah penggabungan antara soal dan lembar jawaban UN (LJUN).

Para pihak yang pro dengan isu kebocoran soal ini dapat saja berpangku tangan dan tersenyum melihat para siswa dapat lulus sehingga tidak ada rasa cemas dan stress yang dialami siswa menjelang hari pengumuman kelulusan. Namun, bagaimana masyarakat yang kontra akan isu ini dapat menanggulangi masalah tersebut? Tentu saja hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan penjagaan keamanan soal – soal tersebut. Selain itu, para siswa harus diberi bimbingan akademik dan moral agar mereka tidak tergoda untuk mendapatkan kunci jawaban dan merasa percaya diri akan kemampuannya. Namun, tentu saja hal ini tidak dapat terlaksana tanpa campur tangan pihak pendidik dan orang tua.Apakah tradisi ini akan terhenti atau berlanjut ? Kita tidak tahu, tetapi kita hanya dapat berharap agar negeri ini memperoleh yang terbaik.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun