Mohon tunggu...
fahrurrozi mahinip
fahrurrozi mahinip Mohon Tunggu... -

Saya fahrurrozi ttl lombok tengah 10 januari 1994 kuliah di Fkip Unram

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Kenakalan Remaja, Siapa yang Bertanggung Jawab?

8 April 2015   09:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:23 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan perkembangan zaman yang begitu pesat dan pusat informasi dan pengaruh dari luar menyebabkan tingkah laku generasi muda baik golongan anak-anak , remaja dan dewasa semakin tidak bisa kita kendalikan dan sulit untuk mengetahui apa maunya mereka sebenarnya, semua yang mereka lakukan semua itu atas dasar keinginan mereka sendiri dan bagi mereka melakukan sesuatu itu harus didasarkan tren baik itu bersifat negative maupun positip.

Salah satu hal yang melekat pada jiwa anak muda kebanyakan adalah mengikuti tren mode yang berkembang. Kadang tanpa mengindahkan lagi kenyamanan, mereka membeli dan menggunakan produk-produk baru yang belum tentu baik dan cocok dia gunakan. Mulai dari sepatu, baju, pernak-pernik, kosmetik, gaya rambut bahkan sampai gaya bicara. Kebanyakan mereka bertujuan agar predikat anak “gaul” dapat disandang. Kalau tidak mengikuti tren yang ada, mereka dicap sebagai anak “cupu.” Tentunya, bagi sebagian remaja putri, mungkin termasuk putri Anda, ini adalah sesuatu yang memalukan dan menjatuhkan harga dirinya.

Tanpa berfikir panjang, kebanyakan remaja putri menjadi bersifat konsumtif. Tak heran jika mereka menjadi sasaran empuk bagi para produsen. Iklan-iklan yang menjadi menu wajib di TV majalah dan lain-lain menjadi salah satu provokator yang cukup efektif. Ini didukung dengan kondisi psikisnya yang sedang mengalami masa puber. Keinginan untuk mengenal dan menarik perhatian lawan jenis kian memuncak. Sebagian diantara mereka bahkan bangga kalau dapat memiliki banyak pacar. Jomblo, seakan menjadi sebuah kata yang wajib dia hindari untuk menjadi seseorang yang popular dan diterima dalam kalangannya.

Kulit putih, mulus, wajah cantik, rambut selembut sutra dan body seksi seakan menjadi tolak ukur penampilan yang harus mereka capai. Banyak diantara remaja putri yang lebih memilih hidup menderita dengan mengkonsumsi obat pelangsing yang membahayakan kesehatan daripada memiliki badan gemuk tapi sehat. Semua dilakukan untuk memperoleh predikat cantik, seksi bak Tamara Bleszynski. Berbagai produk kecantikan dibeli, bahkan pemutih kulit yang mengandung mercury tak dipedulikan lagi. Karena itu, tak jarang yang menjadi korban kosmetik sehingga wajah cantik tak kunjung didapat malah wajah menjadi rusak.

Demikian juga dengan gaya berpakaian. Jika tahun ini yang ngetren adalah model pakaian seperti Barbie, langsung segala kelengkapan untuk tampil layaknya boneka dibeli. Padahal dandanan ini belum tentu sesuai dengan perawakan dan karakternya. Mungkin di tahun berikutnya style yang menjadi sorotan adalah gaya harajuku. Dan tanpa pikir panjang pakaian, gaya rambut dan segala pernak-pernik ala harajuku dibeli. Perabotan gaya Barbie disingkirkan, padahal sebetulnya masih bisa dimanfaatkan. Dan tentu saja untuk memenuhi kebutuhan mode ini, butuh duit yang tak sedikit. Uang saku dari Anda tentu harus ditambah jumlahnya. Namanya juga terlanjur jadi korban mode, untuk memenuhi keperluannya terkadang mereka tidak memikirkan bagaimana susahnya cari uang. Yang penting trendy, dan kalau bisa jadi trend setter.

Kalo sudah begini siapa yang harus disalahkan, apakah orang tua? Teman bergaul ? lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah, ? ? semuanya adalah salah mereka sendiri yang tidak mampu mengontrol hasrat dan tingkah laku mereka dalam bergaul dan tidak pernah mau menyaring pergaulan yang akan mereka jalani sehingga pada akhirya mereka mudah dipengaruhi dan mudah terjerumus dalam perbuatan yang berbau negative seperti: minum-minuman keras,merokok, memakai narkoba dan bahkan dimana-mana kita dengar pelecehan seksual di kalangan masyarakat, yang korbanya itu adalah anak-anak yang masih muda, itu di karenakan cara mereka berpaian mengundang hasrat seseorang untuk memilikinya dan kalo gak bisa mereka terpaksa melakukan hal hina tersebut.

Bukan hanya itu yang paling gak asing di telinga kita adalah tauran antara sekolah yang menyebabkan generasi muda ini semakin ingin meguasai orang lain, sehingga kita sebagai guru, maupun orang tua haruslah mampu memperbaiki pandangan anak-anak kita untuk masa depan yang lebih baik, karena dengan hanya itu kita bisa mengontrol tingkah laku mereka yang anarkis dan tidak lagi bisa memandang semua peradaban yang dating dari luar tidak mudah di ikuti. Dan khusus bagi orang tua jangan pernah membuat anak itu manja, manja disini maksudnya jangan terus-terusan menuruti apa yang anak inginkan, cobalah suruh mereka untuk berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan dengan kerja kerasnya sendiri dan setelah dia melakukan hal itu namun gak berhasil barulah kita bantu mereka untuk memenuhi apa yang dia inginkan, dengan demikian anak itu pasti akan mengerti apa itu yang harus dperjuangkan dan apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

Dalam menhadapi perkembangan teknologi anak-anak muda sekarang ini sudah bisa mengoprasikan teknologi yang begitu canggih dan mudah didapakan seperti: Henpone, leptop, tablet dan sejenisnya, sehingga apa yang mereka belum pernah dibayangkan bisa mereka temukan di teknologi tersebut. Dengan teknologi sekarang ini anak-anak muda mapu melakukan hal-hal yang bersifat negative maupun positif, seperti yang positifnya mereka bisa belajar mencari materi apa yang mereka belum mengerti ataupunbisa melakukan suatu yang bisa membuat dirinya berkembang dengan sendirinya, namun kita perlu ingat bahwa dampak negative dari teknologi ini sangatlah memperhatinkan, dimana-mana ada orang yang nonton film porno, bermain judi online, dan banyak yang lainnya yang dapat merusak generasi muda kita saat ini.

Dalam menghadapi dunia yang semakin beranekaragam pengetahuan kita harus siap dari berbagai kenyataan dan menerima kenyataan akibat yang kita prbuat .Remaja yang menjadi korban mode (kormod) tak hanya dari kalangan berduit saja. Ini bahkan telah merambah remaja putri dari kalangan ekonomi pas-pasan bahkan ekonomi sulit. Hasilnya, banyak orang tua yang menjadi “budak” bagi sang anak dalam artian seolah orang tua hanya dianggap sebagai mesin pencari uang. Jika mereka butuh duit dan orang tua mampu memenuhi apa yang mereka inginkan, maka anak akan bersikap manis. Tapi jika tidak, hardikan langsung keluar dari mulut sang buah hati. Dengan kata lain, “ada uang orang tua disayang, tidak ada uang orang tua ditendang.” Mungkin ini kedengaran sangat kasar bagi Anda, namun percayalah ini terjadi dalam kehidupan nyata

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun