Mohon tunggu...
Dinda soraya aulia
Dinda soraya aulia Mohon Tunggu... -

hidup simple ga mau ribet menunggu dan selalu menunggu adalah my job hidup selow ga usah ribet org baik sma sy sy bkal lebih baik tapi jika org itu jahat maka saya akan lebih jahat lagi.. :D

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kapitalisasi Pendidikan

7 April 2015   15:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:25 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jika berbicara masalah pendidikan, mungkin tidak akan pernah habis-habisnya apalagi berbicara tentang masalah pendidikan yang mahal. Sudah bukan rahasia umum lagi jika pendidikan sekarang ini sangat mahal. Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan menyadari bahwa dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”.

Pendidikan saat ini tidak sesuai dengan tujuan yang ingin di capai oleh Negara sebagaiman tertuang di dalam Undang-undang Dasar yaitu “ mencerdaska kehidupan bangsa”. Bagaimana ingin mencerdaskan kehidupan bangsa kalau biaya pendidikan setiap tahunnya selalu naik. Memprihatinkan memang, tapi itulah kenyataanya. Masuk Tk saja sekarang ini bisa mencapai ratusan ribu maupun jutaan rupiah. Belum lagi kalau masuk SD-SMP-SMA- Universitas yang favorit. Kalau dihitung seseorang yang masuk TK sampai dengan universitas yang favorit akan menghabiskan 100juta lebih. WOOW kebayangkan berapa uang yang terkumpul.

Sekolah itu memang harus mahal. Itulah stigma yang tertanam di benak sebagian orang, dari orang awam sampai beberapa penjabat. BENARKAH DEMIKIAN,,? Mengapa Malaysia, Jerman , bahkan Kuba sekalipun bisa membuat pendidikannya sangat murah dan dapat diakses oleh sebagiann besar lapisan masyarakatnya. Dan mengapa Indonesia yang terkenal dengan agrarianya ini membuat biaya pendidikan yang begitu mahalnya, sehingga masyarakat miskin tidak bisa mengakses yang namanya pendidikan.

Jika kita lihat sekarang ini pendidikan sudah beralih menjadi system pasar. Dimana dalam pendidikan ini banyak orang meraup keuntungan yang begitu banyak dari pendidikan. Pendidikan kapitalisme,, yah begitulah nama yang pas buat pendidikan yang ada di Indonesia saat ini. Pendidikan yang kapitalisme saat ini bertujuan berbisnis yang membuat biaya-biaya membengkak.

Mengapa pendidikan bisa sebagai suatu asset meraup keuntungan,?

karena pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia pasti membutuhkan namanya pendidikan, sampai kapan pun dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang.

Kapitalisme pendidikan adalah salah satu momok yang menakutkan dikalangan pendidikan saat ini, bagaimana tidak kapitalisme pendidikan ini bisa menyebabkan pembodohan kepada generasi penerus bangsa ini, apakah ini akan terus dibudidayakan,,?

Contoh kapitallisme pendidikan bisa kita lihat dari berbagai aspek yang salah satunya dari aspek bayaran, seperti bayaran perguruan tinggi setiap tahun selalu meningkat sedangkan fasilitas tetap seperti itu saja dan tidak ada penambahan  fasilitas untuk penunjang pembelajaran. Bayaran yang setiap tahunnya selalu meningkat itu akan membawa dampak kepada masyarakat-masyarakat yang kurang mampu karena mereka tidak mempunyai biaya untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Sehingga pendidikan yang mahal saat ini secra tidak langsung sudah menyatakanan bahwa “ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH”

apakah ini mau terus dibudidayakan ?

Coba kita lihat disekeliling kita masih banyak anak-anak kecil yang hidup dijalan yang tidak mendapatkan ilmu dari pendidikan formal, dimana hak mereka untuk mendapatkan ilmu dan dimana hak mereka sebagai masyarakat indonesia yang sepatutnya mendapatkan pendidikan yang layak.

Apakah anak-anak itu harus terus dan terus bermimpi untuk mendapatka pendidikan formal untuk kehidupannya kelak nanti?

Dimana usaha pemerintah  yang “katanya” mensejahterakan rakyatnya???

Lihatlah mereka anak-anak kecil itu mempunyai semangat yang menggebu-gebu untuk mendapatkan pendidikan yang formal sampai mereka rela-rela menabung dari hasil uang kerja mereka hanya untuk demi 3 kata “aku ingin sekolah”. Sungguh miris jika saya mendengar ucapan itu dari mulut-mulut lucu mereka yang penuh dengan semangat.

Sedangkan yang mempunyai harta belum tentu mempunyai semangat juang belajar seperti saudara-saudara kita yang kurang beruntung, karena biasanya mereka sudah buta dengan harta jika dia gagal dalam pendidikan toh masih ada harta kekayaan orang tuannya yang akan membantunya dalam segala hal, karena uanglah yang berkuasa, jika tidak ada uang, maka tidak akan menguasai dunia karena uang diatas segala-galanya, itulah pemikiran sempit para generasi muda kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun