Sekian lama para pemuda desa tak lagi mengenal namanya bekerja keras. Pada zaman kemerdekaan, presiden Soekarno mengatakan dalam salah satu argumennya “ beri aku sepuluh pemuda maka saya bisa mengubah dunia “ ini sebuah pelajaran yang sangat berguna bagi para pemuda yang lagi bermalas malasan. Bangsa ini sangat besar, desa ini pula memiliki banyak pemuda, namun apa yang salah dengan pemuda kita, apa mereka mengikuti jejak perjalanan orang tuanya besert orang-orang terdahulu apa zamn yang telah menghancurkan mereka?
Saya fikir karakter dan jiwa muda para pemuda saat ini sangat lembek, hanya mengenal hasil daripada proses.
Dari itu terbentuklah pemuda yang hanya memikirkan darimana dapat hasil tanpa memikirkan proses. Ini akan mencetak pmuda yang tidak mau bekerja dan tidak mau berjuang. Padahal banyak hal yang harus dikerjakn oleh para pemuda kita contohnya saja dalm setiap desa memiliki puluhan anak muda yang bermalas-malasan, berjudi, menipu, minum-minuman keras, dan bahkan terkena hukum pidana. Ironis sekali pemuda kita saat ini, mengatasi hal tersebut bukanlah mudah, yang akan kita lakukan sekarang membimbing dan membina anak muda kita agar terhindar dari generasi Penikmat dan Generasi Masa bodoh. Apa jadinya jika semua pemuda kita memiliki sifat tersebut.
Ini sebagai pelajaran bagi kita semua, terutama orang tua dan anak muda, sebagai renungan bagi anak muda kita. Pemuda merupakan generasi pengganti dari generasi yang tua, merekalah yang akan menggantikan generasi yang tua ketika yang tua sudah tidak lagi bisa bekerja.
Ada empat model pemuda saat sekarang ini. Pertama, generasi pendobrak, pemuda berani melakukan perubahan secara mendesak. Kedua, generasi pembangun, dengan memiliki kesederhanaan dan solidaritas yang tulus tunduk di bawah otoritas, kekuasaan yang didukungnya, bekerja bersistem memiliki rencana dan target yang terukur. Ketiga, generasi penikmat, karena keuntungan secara ekonomi dan politik dalam sistm kekuasaan, mereka tidak peka lagi terhadap kepentingan bangsa dan negara, mereka hanya berfikir bagaimana menikmati hasil jerih payah orang lain dalam kata lain harta orang tuanya daripada mereka harus bekerja keras untuk merubah nasip keluarga. Keempat, generasi masaa bodoh, mereka tidak lagi memiliki hubungan emosional dengan negara. mereka dapat melakukan apa saja yang mereka suka tanpa memerdulikan nasib negara, bangsa, desa, dusun dan bahkan keluarga mereka.
Jika suatu bangsa sudah pada generasi ketiga dan keempat, maka keruntuhan sudah diambang pintu. Lalu bagaimana menciptakan generasi kedua dan pertama, sulit namun gampang bahasanya. Dari itu didiklah anak mudamu sesuai ketentuan agama yang pertama maka moral akan terbentuk, dan kemudian asahlah karakter sejak dini, karena pertumbuhan karakter anak yang ideal pada umur 4 tahun sampai pada umur 12 tahun, disinalah akan menentukan anak kedepan akan seperti apa. Dan bentuklah karakter mereka agar menjadi daya dobrak negara dan pembangun.
Karena terlalu banyak anak muda kita sat ini mengalami perubahan yang sangat terbalik dengan pemuda pada zaman perubahan, perlahan pemuda kita dirasuki oleh virus media seperti, handphone, internet, kendaraan bermotor, dan bahkan budaya barat yang begitu meluas didataran media-media televisi, inilah yang perlu kita berikan pengarahan. Maka akan timbullah pemuda yang suka nongkrong dipinggir jalan, melakukan hal negative lainnya seperti menggunjing orang yang lewat di jalan dimana tempat mereka nongkrong. Ini merupakan hal yang membuang-buang waktu, tepatnya sia-sia belaka gak ada hasil namun masalah yang akan kita dapatkan. Ini akan membuat fikiran anak muda kita menjadi sangat sempit dan hanya memikirkan kesenangan sementara saja. Ini pula yang akan menciptakan karakteristik pemuda yang pemalas yang akan memperoleh pemuda yang memikirkan hanya dengan duduk santai mendapatkan uang, dan membicarakan hal yang tidak penting.
Dari itu pemerintah harus berperan penting dalam mendobrak karakter pemuda kita, pemerintah dari jajaran atas sampai pada tingkat desa harus memberikan kegiatan bagi pemuda kita, bukan hanya dipanggil melalui speaker masjid lalu kemudian tidak dibimbing ini sa halnya lepas tanggung jawab. Mereka bukan hanya diberi dan kemudian diabaikan, namun dibimbing, bukan hanyaa dilarang namun diarahkan sesuai yang kita harapkan kedepannya. Jangan sampai desa kita ini hancur dengan menciptakan para penjudi kelas kakap, para pemabuk dan para penipu. Inilah realita yang ada. Agar tidak demikian banyak kegiatan yang harus diberikan bagi para anak muda kita, contohnya saja gotong royong dalam hal pembersihan kampung, ini memang hal yang sudah terlupakan namun akan membentuk karakter cinta akan kebersihan dan bisa bekerja secara berkelompok. Kami merindukan hal tersebut, namun kami diabaikan, banyak sekali hal yang berguna yang kami bisa lakukan demi desa kami namun kami dilupakan. Jangan hanya pemimpin yang merasakan kesejahteraan namun pemimpin bertanggung jawab tasa apa yang masyarakat alami terutama dataran anak muda desa. Kami seharusnya mendapatkan kesejahteraan baik dalam apresiasi bahkan berkarya.
Karya, Ahmad Vikhy Wahyu Rizki
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H