Republik Yaman adalah salah satu negara di timur tengah yang juga terkena imbas Arab Spring. Di negara ini, revolusi berlangsung dalam rangka menggulingkan Ali Abdullah Saleh, rezim diktator 33 tahun.Terhitung sejak Ali Abdullah Saleh menjadi Presiden Yaman Utara. Ali abdullah Saleh adalah Presiden dari Yaman Utara sejak 1978, ketika masih belum bersatu dengan Yaman Selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan akhirnya bersatu dengan sebuah nama negara (Republik Yaman).Ketika bersatunya Yaman Utara dan Yaman Selatan pada tahun 1990, Ali Abdullah Saleh menjadi Presiden Republik Yaman yang pertama.
Berbicara mengenai Yaman kalau di tinjau dari masa lalunya merupakan negara yang penuh dengan kemakmuran karena yaman pada waktu itu merupakan pusat perdagangan Asia-Afrika. Dari sisi historisitasnya, Yaman termasuk salah satu pusat peradaban tertua di dunia. Bangsa Romawi Kuno menyebut negara ini sebagai “Arabia Felix”, atau Arab yang berbahagia, karena dimakmurkan oleh perdagangan. Itulah salah satu penyebab kenapa negara yaman selalu di rong-rong oleh negara-negara yang haus dengan kekuasaan dan harta salah satunya adalah
Kaisar Agustus pernah melancarkan serangannya untuk merebut wilayah yaman, namun Al-hasil dari serangan kerajaan Agustus ini adalah hanya mendapatkan kegagalan. Sehingga kemudian datanglah Kerajaan Aksum dari Ethiopia yang berhasil menaklukkan Yaman pada tahun 520. Kemudian Pada tahun 570, Yaman berada dalam penguasaan Parsia Sassanid. Sedangkan pada abad ke-7, kekhalifahan Islam mulai menguasai wilayah yaman.
Yaman termasuk salah satu negara berpenduduk Islam nomer satu di dunia. Karena Hampir semua penduduknya beragama Islam. Orang-orang keturunan Arab di Indonesia sebagian besarnya berasal dari Yaman. Yaman juga dikenal sebagai negeri tempat menuntut ilmu agama Islam, tepatnya di kota Hadramaut. Dari kota Hadramaut, dakwah Islam disyi'arkan ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Sebelum Reunifikasi antara Yaman Utara dan Yaman Selatan, negara ini larut dalam sejarah konflik berdarah.
Babak Awal konflik Yaman dengan Al Qaeda dimulai
Presiden yaman yakni Ali Abdullah Saleh dipusingkan dengan gejolak di dua kubu yakni kubu (Syi'ah Houti) utara dan kubu (Al Qaeda) selatan. Maka untuk mengatasi kaum Syiah, Ali Abdullah Saleh meminta bantuan dari Arab Saudi sedangkan untuk menghancurkan Al Qaeda Ali Abdullah saleh berkompromi atau bersekutu dengan AS Meskipun Ali Abdullah S dipusingkan dengan Dua kekuatan yang berbeda yakni (kaum Syi'ah dan kaum Salafi Jihadi Al Qaeda), Ali Abdullah Saleh masih bertahen memimpin Yaman. Sehinggaingga pada akhirnya petaka bagi kekuasaan Ali Abdullah Saleh itu runtuh di saat ia memasuki masa 30 tahun menjadi seorang pemimpin Yaman. Ali Abdullah Saleh pada akhirnya turun dari jabatannya sebagai presiden yaman, namun penyebabnya bukan karena serangan dari Al Qaeda ataupun Al Houthi tetaapi oleh Revolusi Rakyatnya sendiri. Revolusi Rakyat Arab, yang menggema di beberapa negara Arab menuntut lengsernya para diktator di negeri Arab, termasuk Yaman. Demonstrasi yang jumlahnya kurang lebih 1 juta massa mendesak Ali Abdullah Saleh enyah dari kursi Presiden yang ia duduki selama 30 tahun lebih. Demonstrasi dipicu ketika Ali Abdullah Saleh berusaha mengusulkan amandemen konstitusi yang membuatnya agar tetap langgeng berkuasa. Terlebih Rezim Ali Abdullah Saleh tidak mampu menyejahterakan rakyat Yaman. Kemiskinan yang meningkat di kalangan rakyat produktif, kurangnya kebebasan berpolitik, korupsi tinggi, angka pengangguran mencapai 40%. Di bawah Ali Abdullah Saleh, rakyat juga diresahkan oleh masalah keamanan, seperti pemberontakan Al Qaeda di Selatan dan Al Houthi di Utara. Maka Rakyat dengan serentaknya mendesak Ali Abdullah Saleh turun dari jabatan, demonstrasi digelar seantero Yaman. Ali Abdullah Saleh, mencoba meredam para demonstran dengan menawarkan bahwa dia tidak akan maju lagi menjadi seorang presiden dan akan turun dari jabatannya, akan tetapi para Demonstran menolak tawaran Ali Abdullah Saleh, dan memintanya agar turun dari tahtanya sesegera mungkin.“Rakyat menginginkan pergantian rezim”,Tolak korupsi, dan tolak kediktatoran” teriak para demonstran di Universitas Sana'a Yaman. Pada hari itu dinamakan “Yaumul Ghadab” (Hari Kemarahan) yang diselenggarakan oleh para demonstran untuk menjatuhkan Ali Abdullah Saleh dari kursi Presiden.
Presiden Ali Abdullah Saleh telah kehilangan legitimasinya, rakyat sudah tidak percaya lagi padanya. Sementara itu negara-negara teluk dipimpin oleh Arab Saudi juga meminta dia untuk mundur sebelum Yaman semakin memburuk. Ali Abdullah Saleh tidak hanya kehilangan dukungan dari rakyatnya akan tetapi dukungan dari sekutunya pun memintanya untuk turun.
Ali Abdullah Saleh mencoba mengulur-ulur waktu beberapa kali rencana negara-negara teluk untuk memfasilitasi transisi kepemimpinan molor.Sampai akhirnya Ali Abdullah Saleh menjadi korban pengeboman pada awal Juni 2011. Namun Nyawa Ali Abdullah Saleh masih bisa di selamatkan ia dilarikan ke Arab Saudi untuk menjalani pengobatan. Namun kepergian Ali Abdullah Saleh ke Saudi untuk pengobatan disambut dengan penuh kegembiraan oleh rakyat Yaman dan berharap Ali Abdullah S. untuk tidak kembali lagi ke Yaman. Setahun kemudian, Ali Abdullah Saleh dibawah tekanan Arab Saudi resmi menyerahkan jabatan Presiden ke Wapres Yaman yakni Abd. Mansyur Hadi. Ditengah hiruk pikuk Arab Spring di Yaman, kubu Al Houthi dengan leluasanya mengendalikan Yaman di Wilayah Utara, begitu pula dengan kubu Al Qaeda di Wilayah Selatan Al Qaeda terus membangun kekuatan.
Memang Yaman kini tengah dalam pusaran (sejuta konflik) di berbagai sisi negeri. Yaman yang kita kenal saat ini jauh berbeda dengan masa lalu yang dikenal dengan negeri Arabia Felix (Arab yang penuh dengan kebahagiaan).
Saat ini Situasi politik di Yaman sedang memanas Pemerintah Indonesia pun melakukan upaya perlindungan terhadap Warga Negara Indonesia yang berada di Yaman dengan cara memulangkan seluruh warga negara indonesia, termasuk mahasiswa Indonesia yang tengah menimba ilmu di Negeri Hadhramaut tersebut.Terkait upaya yang dilakukan oleh pemerintah, banyak sekali mahasiswa asal Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Yaman meminta jaminan kepada pemerintah Indonesia supaya tidak mengganggu jalannya pendidikan. "Kami bersedia dipulangkan, asalkan kita juga dijamin untuk dikembalikan lagi ke Yaman," kata Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama’ Yaman, Arman Malieky, dalam keterangannya yang disampaikan ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’ melalui surat elektronik Senin(6/4/2015). Arman mengatakan, pihaknya menyadari perkembangan di Yaman menunjukkan situasi yang sedang tidak kondusif dan evakuasi merupakan hal yang mendesak untuk dilakukan. Dan kami memang harus menentukan pilihan. Kami minta PBNU, para ulama di Indonesia, rekan-rekan PCI sedunia, bisa membantu agar aspirasi kami bisa tersalurkan," lanjutnya_ Arman yang masih tercatat sebagai mahasiswa semester 4 di Universitas Al Ahgaff di Kota Tarim juga mengungkapkan, permintaan adanya jaminan dikembalikan ke Yaman didasarkan pada kondisi perekonomian. Dikatakannya, sekitar 1500 mahasiswa Indonesia di Yaman akan terbengkalai pendidikannya jika pemerintah Indonesia tidak mampu memberikan jaminan pemulangan kembali ke Yaman."Perlu diketahui, banyak pelajar yang untuk berangkat memulai studi ke Yaman harus menjual tanah, emas, kebun, hewan (ternak) dan lain sebagainya. Sangat berat bagi mereka untuk pulang lagi ke Yaman jika pemerintah Indonesia tidak memulangkannya.
Semoga saja pemerintah kita bisa mengambil keputusan dengan cepat dan tepat tanpa harus menunnggu korban dari Warga Negara Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H