Mohon tunggu...
Rias Shoihah
Rias Shoihah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Dari kota asap saya berhijrah ke kota hujan. Bogor, kota penuh berkah disinilah saya menimbah ilmu membentuk karakter jiwa dan raga, dan belajar mengembangkan sayap sebagai anak rantau yang selalu mengharap Ridho Ilahi. Perkenalkan saya Rias Sholihah, seorang gadis keturunan Jawa-Melayu anak pertama dari tiga bersaudara yang saat ini berusia 20 Tahun. Alhamdulillah beragama Islam. Bogor, tempat mengukir jejak dan tempat menebar dan menerima kebaikan serta manfaat di kampus tercinta yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) kampus yang dijuluki kampus rakyat, di kampus ini saya memutuskan untuk mengambil jurusan Meteorologi Terapan-FMIPA IPB. Jurusan yang asing bagi kalangan umum, namun jurusan ini merupakan jurusan yang unik dan penuh tantangan bagi saya. Maka setelah saya mengetahui saya lulus di Jurusan Meteorologi Terapan (IPB) dengan “Bismillah” saya tetapkan jejak perjalanan hidup saya untuk menjadi seorang ahli dibidang perkiraan iklim dan cuaca “Dokter Cuaca”. Saya lahir di Pekanbaru, 11 Juni 1994 (Propinsi Riau). Saat ini, saya fokus di kegiatan organisasi UKM keilmiahan kampus IPB (UKM FORCES) dan RUMBEL (Rumah Belajar) FIM Regional Bogor serta aktif diberbagai kepanitiaan baik dalam kampus maupun diluar kampus. Saya sangat senang menulis, travelling, olahraga, dan penambah pengalaman baru baik diberbagai hal. Karena karakter kepribadian saya lebih dominan sanguinis dan bergolongan darah O yang mudah bergaul dan mudah membuka diri maka saya sangat senang berkelana dan berbagi keceriaan dan menebar manfaat dimanapun dan kapanpun. Di hidup saya, saya memiliki sebuah motto : Berkarya tanpa henti, mengharap ridho ilahi dan yakinlah Allah SWT akan memeluk mimpimu. Selain itu, saya percaya usaha yang terbaik maka akan menghasilkan sesuatu yang terbaik pula. Semoga kita semua selalu belajar untuk memperbaiki diri menjadi insan yang lebih baik dan menebar kebaikan untuk mengharap Ridho Allah SWT. Sukses dunia-akhirat untuk kita semua Sekian profil dari diri saya. Semangat berkarya, semangat menginspirasi, semangat menebar kebaikan dan manfaat untuk sesama Salam kenal, salam sayang, salam cinta untuk kita semua Salam Badai-Salam dari kota Hujan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

“Eco Irrigation and Drainage” Konsep Reservoir Air di Permukiman Penduduk Pada Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat

25 Desember 2015   20:16 Diperbarui: 25 Desember 2015   20:35 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

 

Rias Sholihah/G24120078

Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor

Dramaga, Bogor, Indonesia

E-mail: riassholihah.sb94@gmail.com

 

PENDAHULUAN

Kerusakan ekosistem hutan tropis dinilai telah berada pada kondisi yang membahayakan keseimbangan sistem ekologis di dunia. Kerusakan ekosistem hutan tropis yang terjadi yang menyebabkan pemanasan global, mengubah tata air, degradasi mutu dan kesuburan lahan, mengancam kepunahan spesies flora dan fauna tertentu, serta menurunnya keanekaragaman hayati hutan tropis. Salah satu bagian yang dapat masuk dalam kegiatan kerusakan ekosistem hutan ialah pengonversian hutan menjadi areal budi daya tanaman perkebunan. Hal tersebut dilihat dari segi konservasi air pada sistem ekologis merupakan faktor yang menjadikan ketidakseimbangan pada neraca air alami yang telah terbentuk pada awalnya.

Secara alami sebaran hujan yang tidak selalu merata baik menurut ruang dan waktu menyebabkan kondisi ketersediaan air tanah berbeda pada setiap ruang dan waktunya. Kehilangan air yang besar dari lahan akan mempengaruhi neraca air. Ada dua faktor yang secara dominan menentukan ketersediaan air dalam tanah. Pertama, presipitasi melalui mekanisme infiltrasi dan perkolasi sebagai sumber pengisian dalam sistem, Kedua evapotranspirasi sebagai pengosongan yang menyebabkan hilangnya air dari sistem. Apabila pengosongan air lebih besar dari pengisian air maka akan terjadi penurunan ketersediaan air tanah. Neraca masukan dan keluaran air di suatu tempat dikenal sebagai neraca air, yang bersifat dinamis sehingga nilai neraca air selalu berubah dari waktu ke waktu, kemungkinan bisa terjadi kelebihan air ataupun kekurangan air (Harahap dan Darmosarkoro, 1999).     

Hasil penelitian Widodo (2011), menemukan bahwa perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit berdampak nyata terhadap lingkungan, diantaranya adalah semakin berkurangnya ketersediaan air. Tanaman kelapa sawit secara ekologis merupakan tanaman yang tergolong banyak membutuhkan air dalam proses pertumbuhannya, yaitu sekitar 4,10-4,65 mm per hari, hampir sama dengan tanaman hutan yang membutuhkan air sekitar 5,02-6,32 mm per hari.

Penelitian Harahap dan Darmosarkoro (1999), mengemukakan bahwa kelapa sawit memerlukan rata-rata 1.500-1.700 mm curah hujan per tahun untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan dan produksinya. Kebutuhan air kelapa sawit hampir sama dengan kebutuhan air untuk tebu yaitu 1.000–1.500 mm per tahun dan pisang 700–1.700 mm per tahun, tetapi tidak setinggi kebutuhan air untuk tanaman pangan berkisar 1.200 – 2.850 mm per tahun atau per 3 musim tanam, seperti padi, jagung, dan kedelai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun