Karena jika terlalu dingin, ngga akan pernah ada yang tahu berapa banyak yang akan menjadi korban. Korban perasaan. Korban apapun itu. Yang pasti kau tau bahwa ngga pernah enak jadi korban.
Karena kau dan aku hidup di dunia yang penuh warna. Amat sangat berwarna. Dan karena terlalu banyak warna, kau dan aku cepat atau lambat akan jadi jenuh.
Karena itu semua sudah berjalan sedemikian rupa layaknya petani yang meladang di pagi hari atau nelayan yang melaut di malam hari. Dan kau tahu betapa susahnya menghilangkan kebiasaan.
Karena sebisa-bisanya sang perahu bertahan, namun jika ombak antara daratan yang satu dengan yang lain yang ingin sang perahu seberangi lebih besar dan kejam maka usai sudah semua.
Karena aku tahu bahwa seuntai teratai tak akan pernah mungkin menggapai matahari, sekeras apapun ia berusaha. Hanya melihat namun tak memiliki. Dan teratai pun bahagia karena ada semangat yang muncul setiap menanti sang fajar. Karena tak akan mungkin sang fajar tak tiba.
Karena untuk bertepuk tangan tak bisa hanya menggunakan tangan kirimu saja. Atau tangan kananmu saja. Butuh keduanya.
Karena ada saat dimana kau harus membuka mata dan telingamu. Melihat lebih jelas dan mendengar lebih tajam. Setiap apa yang kau lihat menyiratkan banyak arti dan dari setiap yang kau dengar tertangkap banyak makna.
Karena itu semua hanya seperti mimpi. Yang ketika kau terjaga, terkadang kau teringat hingga sepanjang hari. Atau terkadang malah kau tak ingat sama skali.
Karena itu semua ada maka aku tak dapat bertahan…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H