Mohon tunggu...
Hairul Mubin
Hairul Mubin Mohon Tunggu... -

kuliah prodi PPKN FKIP UNRAM

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hukum di Negeriku "Katanya Tak Pandang Bulu"

14 April 2015   10:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hukum merupakan suatu aturan yang dibuat oleh pemerintah untuk kehidupan di negaranya supaya bisa berjalan dengan baik, aman, adil dan tenteram. Selanjutnya hukum itu juga sebagai pandangan bagi rakyatnya yang ingin melanggar aturan yang ada di negeri kita tercinta ini.

Hukum itu dibuat untuk dipatuhi, dijalankan, dan dilaksanakan baik itu oleh pihak yang membuat, yang melaksanakan, maupun rakyat yang hanya mematuhi dari aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah. Bukan untuk dijadikan sebagai bahan mainan orang-orang yang memiliki banyak uang saja, tapi hukum itu harus dapat memberikan rasa keadilan bagi semua lapisan masyarakat tanpa mengenal atau memandang dari segi suku, adat, budaya, ras, bahasa, dan warna kulit. Namun harus kita akui bahwa hukum pada hari ini sudah tidak berbicara mengenai keadilan tapi berbicara mengenai bagaimana orang kaya atau orang yang memiliki banyak uangyang mendapatkan keadilan dan dapat dengan mudah menguasai pihak yang membuat atau memegang keadilan itu. Maka tak heran jika pada zaman sekarang ini banyak masyarakat yang memandang bahwa keadilan hanya milik orang kaya saja.

Kenyataan hukum pada saat ini telah membuat banyak masyarakat tidak lagi percaya dengan bentuk keadilan di negeri ini baik dengan aparat penegak hukum maupun dengan pemerintah. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat menjadi main hakim sendiri ketika ada masalah yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat tanpa menyelesaikan suatu permasalahan dengan memanggil atau melibatkan para penegak hukum yang ada di Negara kita tercinta ini. Lalu yang menjadi pertanyaan disini kapankah rakyat kecil bisa merasakan yang namanya keadilan di negerinya sendiri. Bagaimana pula dengan masyarakat biasa yang tidak memiliki uang? Ataukah “orang yang tidak memiliki uang hanya dapat menghayal dan bermimpi tentang keadilan yang sesungguhnya”. Bisa kita lihat antara kasus para koruptor yang memakan uang Negara tanpa ada sedikit saja rasa peduli terhadap rakyat kecildengan seorang nenek yang sudah renta dan tidak memiliki tenaga yang besar untuk memikul kayu yang besardari hutan, dan dimanakah letak keadilannya ?

Bisa kita lihat dalam proses hukum yang terjadi dimana seorang koruptor pada saat diadili di hadapan jaksa dan hakim mereka seperti tidak tahu malu dan tidak merasa bersalah sedikitpun mereka dengan gampang menyuap jaksa dan hakim demi sebuah kebebasan tanpa memikirkan rasabersalah. Para koruptor juga cenderung diistimewakan baik dalam penjara yang nampak seperti hotel berbintang sampai dengan cara mereka diperlakukan bagaikan bukan seorang penjahat yang telah mencuri uanng rakyat. Bahkan ketika uang mereka sudah berbicara di hadapan hakim dan jaksa maka semua akan selesai dengan begitu saja tanpa bisa merasakan dingin dan kejamnya kehidupan dibalik jeruji penjara.

Sedangkan seorang nenek yang sudah renta yang hanya sekedar mengambil kayu di hutan di penjara dan ditetapkan masa hukumannya dengan tidak masuk akal tanpa memikirkan kejadiannya secara logis, apa mungkin seorang nenek yang sudah renta memiliki tenaga seperti Samsons yang katanya otot kawat tulang besi ? Tanpa nenek ini tahu bahwa ternyata apa yang diambil membuat dirinya masuk ke penjara. Bahkan kasus ini menjadi kontroversial, walaupun kasus ini telah selesai tapi tetap saja bagaimana penegak hukum menampilkan bentuk sebuah hukum yang tidak sama rata yang katanya hukum itu tidak pandang bulu, dan dimana letak sebuah keadilan itu kalau hanya memandang antara yang kaya yang punya banyak uang, banyak mobil, dan tidur di ranjang yang empuk dengan si miskin yang sesuap nasipun susah, banyak hutang, dan tidurpun beralaskan tanah beratapkan langit, yang katanya sama rata sama rasa dan tidak ada perbedaan itu diantara keduanya.

Di Indonesia pada saat ini, sangat nyata terlihat perbedaan kelas yang ditampilkan di depan publik, dimana kelas berjuislah yang akan dapat berkuasa yangdengan seenaknya dapat mempermainkan hukum dengan semaunya, tanpa memikirkan sejenak apakah rakyat kecilku sudah makan atau belum, sudah mandi belum, ataukah sudah bahagia tidak ?? Seharusnya kita bangsa Indonesia bisa berkaca dengan bangsa lain yanng hukumnya begitu tegas tanpa memandang antara yangkaya atau miskin, tapi kebiasaan masyarakat Indonesia yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dimiliki inilah salah satu penyebab dari ketidakadilan yangbahkan cenderung mementinngkan diri sendiri yang selalu memandang ke atas tanpa mau melihat ke bawah atau memperhatikan yang lainnya.

Sehingga dari kejadian ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa hukum di negara kita tercintaini masih memandang bulu, berat sebelah, dan bisa diperjualbelikan dengan semaunya dan sesuka hati yang punya uang, tahta, dan jabatan. Sedangkan rakyat kecil hanya bisa menjerit dan terus menjerit tanpa tahu kapan dia bisa merasa bebas dan adil di negaranya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun