Sadar atau tidak, setiap manusia terbentuk oleh peristiwa masa lalu. Karena setiap peristiwa membekas, bekas-bekas itu akan terkristalisasi dan membawa manusia pada horizon masa kini dan masa depan. Itulah yang oleh Hans- Georg Gadamer disebut peleburan horizon.
Dulu, sekitar akhir tahun 2009 selepas meninggalkan biara, saya merantau ke wilayah Kalimantan Barat. Pada awal tahun 2010 saya mengajar di sebuah SMK Swasta milik saudagar Cina. Tapi awalnya saya tidak langsung mengajar. Saya masih "numpang" di tempat sepupu di Siantan Hulu, Kota Pontianak.
Hampir sebulan saya "makan-minum gratis" di tempat sepupu sambil berkenalan dengan para perantau lainnya di sekitar wilayah tersebut. Kala itu sepupu saya berprofesi sebagai sopir travel. Rute travelnya ke daerah Sandai- kabupaten Ketapang, karena istrinya berasal dari Balai Semandang, searah perjalanan menuju Ketapang.Â
Mereka memiliki seorang anak perempuan cantik nan lucu. Saya tahu daerah asal istri sepupu saya setelah diajak ke daerah asalnya, di Balai Semandang dan tinggal di sana beberapa hari.
Selepas sebulan "numpang" di Kota Pontianak, saya memberanikan diri untuk mencari pekerjaan di pedalaman Kalimantan Barat.Â
Mula-mula saya ingin bekerja sebagai pekerja perkebunan sawit, karena di sana banyak juga orang dari kampung saya yang menjadi buruh kebun sawit.Â
Untuk maksud tersebut, saya berangkat ke tempat tinggal para pekerja kebun sawit. Saya merasa berada di kampung sendiri, karena sebagaian besar dari mereka adalah  para perantau dari kampung halaman saya. Begitulah orang-orang dari kampung halaman saya.Â
Karena susah mencari nafkah di kampung sendiri, mereka memilih merantau untuk menafkahi keluarga dan menyekolahkan anak-anak mereka. Saya mulai belajar banyak hal selama tinggal di tempat baru, tempat tinggal para pekerja sawit itu.Â
Ini bukan di biara lagi, pikir saya dalam hati. Saya harus fight, berjuang untuk membangun hidup baru. Â Hidup di luar biara memang keras, banyak tantangan. Tidak ada aturan. Kita harus buat aturan sendiri yang kira-kira membantu aktivitas kita setiap hari.
Setelah beberapa hari berada di tempat itu, saya memasukan lamaran saya sebagai staff di kantor perusahaan perkebunan sawit tersebut. Namun, saya tidak beruntung. Lamaran saya ditolak. Saya tidak pernah tahu alasan mengapa saya ditolak. Saya akhirnya memutuskan untuk berangkat menuju sebuah pusat kecamatan, yaitu kecamatan Meliau.Â
Saya ingin menjadi guru, sebagaimana umumnya orang-orang yang baru keluar dari biara. Pekerjaannya yang mudah mereka lakukan adalah mengajar sebagai guru. Mungkin karena di biara banyak kesempatan kita dilatih menjadi pemimpin, walapun hanya sebagai ketua kelompok masak para frater, ketua kelompok olahraga unit, misalnya.