Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pluralitas Menurut Budi Kleden

13 Juni 2019   10:33 Diperbarui: 13 Juni 2019   11:17 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kolom Nama dan Peristiwa Harian Umum Kompas (12/06/2019), saya menemukan nama Pater Budi Kleden. Menurut ulasan tersebut, Pater Budi tetap menyimpan nomor HP Indonesia sebagai bentuk kecintaannya pada Indonesia. 

Dan dalam diskusi bertajuk dialog kebangsaan tersebut, pater Budi "ngotot" agar Pancasila tetap dipertahankan di Indonesia (Kompas, 12/05/2019). Apa dasar Pater Budi mempertahankan Pancasila?

Saya sangat yakin, ide Budi Kleden mempertahankan Pancasila didorong oleh keragaman suku bangsa di Indonesia. Karena tanpa Pancasila, ke-Indonesia-an kita pasti bubar. 

Saya mengenal Pater Budi Kleden sebagai dosen yang sangat menghargai perbedaan atau pluralitas. Dalam kuliahnya tentang Monade versi Leibniz, Pater Budi menjelaskan (tanpa teks) bahwa satuan aktual (bisa jadi manusia maksudnya) tidak bisa hidup sendirian. Dia mesti terhubung dan berhubungan dengan satuan aktual-satuan aktual yang lain. 

Artinya, setiap manusia selalu membuka diri dan berdialog atau berhubungan dengan manusia lain. Setiap manusia yang menutup diri akan kerdil, tidak berkembang. Membaca buku, berdiskusi, dan menulis adalah bentuk relasi sosial manusia dengan sesamanya.

Pater Budi Kleden adalah sosok pemikir yang sangat terbuka terhadap perbedaan. Setiap mahasiswa yang kritis dan berbeda dengan pendapatnya selalu dihargai dan diakomodir dengan baik. 

Menurut Pater Budi, hidup adalah pilihan, dan manusia mesti mempertanggungjawabkan pilihannya.  Dengan pernyataan itu tampak jelas bahwa pater Budi Kleden sangat menghargai manusia dengan segala pilihan hidup dan keunikannya masing-masing. Namun, manusia harus membuka diri dan berdialog dengan sesamanya, agar dia tidak tertutup dengan dirinya sendiri. 

Dialog adalah kata kunci untuk menghargai perbedaan. Tanpa dialog manusia tak sanggup mengenal orang lain, sehingga dia tidak sanggup menilai orang lain secara objektif. Dialog pasti membuka wawasan baru, sehingga pengetahuan baru diperoleh, dan orang tidak menjadi fanatik dengan kebenarannya sendiri.

Indonesia adalah negara yang plural. Karena itu yang berlaku adalah pluralitas rasio dan kebenarannya masing-masing yang mesti ditampung (diakomodir). Pancasila adalah falsafah hidup untuk mengakomodir keberagaman. 

Karena menghilangkan Pancasila dari bumi Indonesia sama dengan menghilangkan keanekaragaman itu, yang dengan itu pada saat yang sama Indonesia akan kerdil dan mati.

Dengan demikian, menurut Pater Budi Pancasila mesti tetap dipertahankan sebagaimana keragaman itu sendiri harus tetap dipelihara. Karena keragaman merupakan kekayaan budaya bangsa  Indonesia yang tak lekang oleh waktu, sebab Indonesia bukan monade yang menutup diri terhadap yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun