Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sepak Bola dan Teologi Kebangkitan

11 April 2019   00:18 Diperbarui: 11 April 2019   01:20 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Industri sepak bola saat ini sangat menjanjikan. Karena banyak pemain bola yang hidup berkelimpahan. Namun, kemegahan dan kemewahan industri sepak bola kini bukan proses instan. Banyak peristiwa dalam sepak bola yang membuat sedih para penggemar atau fans. Tragedi jatuhnya pesawat yang ditumpangi para pemain yabg sedang dalam perjalanan untuk bertanding, peristiwa penyerangan antarsuporter yang menewaskan sejumlah orang, menjadi proses panjang yang membuat sepak bola menggiurkan. 

Dalam teologi kebangkitan agama katolik, misalnya, diajarkan secara sederhana bahwa, buah mesti jatuh dari pohon dulu, agar buah itu bisa bersatu dengan tanah dan menumbuhkan benih baru yang memberi hidup. Artinya, kemegahan, kemenangan, dan kebahagiaan mesti melalui proses kesedihan, kedukaan, dan penderitaan. Proses tersebut menempa subjek atau individu tertentu menjadi pribadi yang berkualitas karena tetap kuat, kokoh, dan teguh menghadapi tantangan dan badai kehidupan. 

Sepak bola telah melewati proses panjang yang memakan korban, kasus-kasus pengaturan skor yang membuat dinamika sepak bola, khas manusia. Artinya manusialah tokoh utama di atas panggung sepak bola, sehingga permainan sepak bola menjadi sangat manusiawi. Dinamika dalam sepak bola menunjukkan dinamisnya dimensi manusia sebagai makhluk multi-dimensional. 

Manusia adalah ada yang terbatas sekaligus tidak terbatas. Manusia bisa terbatas karena tubuh yang rapuh, tetapi manusia sekaligus makhluk tidak terbatas (transenden) karena manusia melampaui keterbatasannya dan menjangkau sesuatu atau objek yang tidak terjangkau raga yang terbatas. Jiwa atau semangat manusia memperlihatkan bagaimana manusia sebagai makhluk yang jiwa-badan, di mana jiwa terpenjara dalam badan, membuat manusia, terbatas sekaligus tidak terbatas. Dia menginginkan sesuatu, menginginkan kebenaran dan kesempurnaan hidup, namun jiwanya dibatasi oleh raga yang rapuh, yang tunduk pada nafsu badaniah.

Ekspresi emosi para pemain tidak bisa ditolerir oleh wasit, karena hal tersebut melanggar aturan pemain sepak bola. Hal itu bukan tidak disadari para pemain bola. Mereka sudah menyadari itu dan berusaha untuk berbuat yang baik, namun kehendak yang tidak terbatas dibatasi oleh tubuh yang tidak mampu berbuat banyak menghadapi godaan untuk melanggar pemain lawan yang terlihat sangat indah memainkan si kulit bundar. 

Sepak bola adalah ekspresi jiwa para pemain bola. Namun, ekspresi jiwa yang indah terpaksa ter-ekspresi melalui raga yang belum sanggup menahan diri untuk tidak melanggar. Para pemain hebat seperti Maradona, Pele, Ronaldo, dan Messi pun pernah mengalami sakitnya dikartumerah sang pengadil lapangan. Mereka mesti keluar dari panggung (lapangan) permainan karena keinginan jiwa tidak bida diakomodir oleh badan yang tidak sempurna. 

Messi hebat di Barcelona dengan segudang prestasi luar biasa, tapi dia tetap manusia biasa saat bermain di Timnas Argentina, di mana gelar atau trofi mayor belum pernah dipersembanhkan Messi untuk pencinta Tim Tango dan warga Argentina. Messi tetaplah manusia, bukan dewa yang dapat menyulap segala sesuatu secara mengagumkan. 

Pada Dini Hari nanti Tanggal 11 April 2019, Messi diharapkan menjadi dewa untuk Barcelona, agar cerita masa lalu mengalahkan Manchester United (MU) tetap menjadi cerita indah untuk fans Barcelona di seluruh penjuru bumi. Namun, MU bukan tim sembaranngan. Pada masa jayanya, MU menjadi tim yang disegani di benua biru. Mereka adalah tim segudang prestasi dengan deretan pemain kelas dunia yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Di Tangan Ole Solksjaer, fans MU berharap ada kebangkitan baru di kubu Setan Merah yang beberapa tahun terakhir terpuruk selepas kepergian Sir Alex Ferguson. 

Manchester united mesti jatuh ke tanah dulu, agar pengalaman jatuh dan keterpurukan tersebut menghasilkan buah-buah atau benih kehidupan baru yang membawa optimisme untuk klub tersebut dan para penggemarnya di seluruh antero jagat. Mampukah MU mengalahkan Barcelona, tim yang sudah lama bangkit dan tetap rendah hati karena La Masia, sebuah akademi yang tetap produktif melahirkan pemain-pemain berkelas dunia? Fans Mu dan Fans Barca menanti dengan tenang pertandingan nanti, agar fans setiap klub pun belajar untuk bangkit setelah terpuruk, jatuh, dan merasa dipermalukan. Sebab dengan demikian, kebahagiaan menjadi bagian dari kehidupan kita, bukan karena uang dan harta tapi karena hati yang selalu bersyukur dan menerima setiap peristiwa hidup sebagai bagian dari proses untuk bangkit.

Demokrasi Indonesia pun perlu melewati proses panjang, mengalami kejatuhan dan keterpurukan, agar suatu waktu nanti kita berharap demokrasi negeri ini kian matang dan bermutu, dan bisa menunjukkan nilai-nilai demokrasi yang sebenarnya. Dengan demikian kesejahteraan bersama sebagai cita-cita semua anak bangsa akan terwujud dan membuat senyum semua elemen bangsa (rakyat dan pemimpin).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun