Mohon tunggu...
Qarel Hawary
Qarel Hawary Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Dia seorang pria yang suka menulis terutama tentang hal keagamaan. namun tidak terkesan monoton. menyukai sejarah dan pengamat budaya. Ulasan tentang Islam dan penjabaran tentang hal tersebut adalah spesifikasi tulisannya. Bahasanya yang cermat serta diksi yang mengalir membuat makna cepat tersamapaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Ini yang Namanya Berdaulat dan Merdeka?

20 September 2013   21:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:37 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mereka menjadi Buruh Asing

Aku yakin ada beberapa diantara kalian yang ingin,

Bekerja diperusahaan tambang mereka,

Mengeruk emas dan menangguk besi

Mengambil minyak dan mencuri batu bara

Dari perut bumi ibu pertiwi

Aku yakin dengan bangga kalian akan berkata

Ketika ditanya dimana kau bekerja

“kamu sekarang kerja dimana?”

“Di PT. Bla-Bla-Bla” (asing) dengan wajah tersenyum dan bahu terangkat

Aku yakin kau lupa bahwa ada idealisme yang kau buang

Atau jatuh tidak sengaja

Dengan fasilitas dan gaji melimpah banyaknya

Kau juga lupa dimana dulu menyulam ilmu, mengenyam tau

Di sudut negeri ibu pertiwi, kau belajar tentang alam dan lingkungan

Tapi ketika lulus dengan tak ragu kau menyambut lamaran

Lamaran asing dengan berjuta pujian

Kemana dulu sudut fikirmu yang dulu menjunjung kedaulatan bangsa

Kemana dulu sudut idemu yang ingin memperjuangkan mereka

Tukang ojek di perempatan

Pengamen di lampu merah

Pengemis di gerbang masjid

Tukang sampah di pinggir kali

Tukang tambal ban di ujung gang

Dan semunya yang satu penderitaan

Walau ekonomi negara kita terbukti naik pertahunnya

Perjanjian dagang, investasi dan kontrak kerja dimana-mana ada

Yang katanya atas nama “rakyat Indonesia”

Tapi kenapa nasib mereka masih sama

Tak berubah sedikit saja

Apanya yang ekonomi?

Apanya yang sejahtera?

Didiklah dan makmurkan bangsa ini, jangan mau jadi buruh asing walau gaji besar dan penuh fasilitas penunjang. Bahkan lebih bangga berbahasa Inggris ketimbang berbahasa Indoensia. Menjadi buruh untuk “mereka” berarti sebenarnya mereka membutuhkan ilmu dan kemampuan kita. Kenapa kita tidak bersatu untuk merebut semua pasar yang ada ditangan mereka?

Ibu pertiwi dulu bangga sekali ketika kita semuanya masih satu tujuan disaat awal pembentukan bangsa, masih sama sama bersepatu lusuh, berbaju kumuh, tapi memiliki fikiran yang sama. Waktu berjalan, negara berkembang, banyak inovasi yang muncul, sembada pangan, Perusahaan pesawat terbang, perusahaan Mobil. Tapi sekarang? Kita hanya ”bangga” dengan buaian sejarah. Malah menjadi bangsa yang konsumtif. Apa saja yang dibawa kenegeri ini laku, mulai dari budaya, yang transaksinya tidak terlihat, sampai pakaian, gadjet, kendaraan, bahkan rokok sekalipun.

Sadarlah bahwa sekarang kita ada dititik terendah, jauh dari kemakmuran yang diimpikan. Setiap harinya sekarang tempe yang kita makan bukan lagi berkomposisi kedelai Indonesia, tapi sudah impor. Apel yang kita makan disuatu waktu bukan lagi hasil petani Malang, tapi sudah impor. Daging sapi yang kita santap bukan lagi hasil para penggembala, tapi sudah impor. Beberapa jenis sayur yang ada didalam kulkas kita bukan lagi hasil sentuhan petani lokal, tapi sudah impor. Bahkan butir nasi yang terhidang pada piring setiap hari beberapa bukan lagi padi lokal, tapi padi impor.

Apa ini yang namanya Berdaulat dan Merdeka?

Yogya, 19-09-2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun