Mohon tunggu...
Ita Salukh
Ita Salukh Mohon Tunggu... profesional -

Merindukan bangkitnya generasi baru Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penantian di Bawah Matahari

20 Agustus 2014   22:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:02 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang anak kecil duduk tepekur

Menahan lapar dan dahaga

Menanti dengan sangat kedatangan sang ayah

Yang berjanji membawa dua ketul roti dan boneka beruang

Seorang gadis muda berdiri termangu

Bersandar sendu di bibir jendela

Menanti dengan sangat kedatangan sang kekasih

Yang berjanji menjadi ayah bagi janin yang dikandung

Seorang wanita paruh baya duduk bersila

Diatas hamparan tikar lapuk

Mengusap sekujur tubuhnya yang memar dianiaya suami yang selingkuh

Dengan sabar merilis pengampunan dan tetap berharap untuk bersatu kembali

Seorang wanita tua mengusap matanya yang basah

Gemuruh kerinduan membuncah di dada tipisnya

Menanti dan berharap anak cucu dari seberang lautan

Datang seraya memberikan pelukan hangat

Penantian dibawah matahari

Penantian panjang berbalut harap tak bertepi

Bilakah yang dinanti mengulurkan tangannya ?

Bilakah yang dinanti berbisik lembut “Sayang, aku datang”.

Denpasar, 20 Agustus 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun