Mohon tunggu...
A. Dardiri Zubairi
A. Dardiri Zubairi Mohon Tunggu... wiraswasta -

membangun pengetahuan dari pinggir(an) blog pribadi http://rampak-naong.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tak Perlu Jelimet Bantu Siswa Miskin

13 Februari 2012   04:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:44 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1329106129501128217

Membantu siswa miskin agar tetap sekolah sebenarnya tidak jelimet. Di tingkat sekolah sebenarnya tergantung kepada kepala sekolahnya. Jika kepala sekolah memiliki empati yang tinggi terhadap orang miskin, sebenarnya masalahnya selesai. Sekolah pasti akan mengambil kebijakan yang humanis untuk mengatasi masalah ini.

Tentu akan berbeda dengan kepala sekolah yang memiliki cara pandang “dagang”. Misalnya, pandangan jika membantu siswa miskin akan membebani anggaran sekolah. Seharusnya siswa membayar dan ini akan meningkatkan pendapatan sekolah, malah sekolah yang mengeluarkan. Nah dari sisi “dagang”, ini kan tekor?

Di madrasah tempat saya mengajar beruntung memiliki kepala yang memang sangat kuat empatinya terhadap siswa miskin. Sehingga “menyelamatkan siswa miskin agar tetap sekolah” sudah menjadi roh madrasah. Kepala madrasah sering bilang, “tak boleh ada siswa berhenti sekolah hanya karena tidak mampu.”

Kepala madrasah dalam rapat guru, apel siswa, atau pertemuan wali selalu mensosialisasikan kebijakan humanis madrasah terhadap siswa miskin ini. Dan ini luar biasa dampaknya. Sejak wali murid, para guru, TU, dan siswa sendiri langsung memberikan informasi kepada kepala madrasah ketika mendengar, mengetahui, dan melihat ada siswa miskin yang butuh bantuan. Bahkan sering, siswa miskin sendiri yang langsung menghadap kepala madrasah.

Tanpa menunggu lama, hari itu juga langsung diselesaikan masalahnya. Kalau terkadang lama, bukan karena tidak diproses, tetapi karena terkadang benturan dengan kegiatan-kegiatan lain di madrasah.

Hari Ini, Siswa Tak Mampu Itu pun Tersenyum

Pagi ini ketika saya datang ke kantor, di sebuah meja ada 3 kitab baru, Kitab Kifayatul Akhyar (Hukum Islam), Alfiyah (Tata Bahasa Arab), dan Balaghah (Sastra Arab). Saya pun bertanya sama bagian keuangan, punya siapakah kitab itu? Dijawab , bahwa kitab ini akan diberikan kepada siswa miskin yang kebetulan tidak kuat membeli kitab yang memang menjadi muatan local di madrasah kami.

Kepala madrasah yang kebetulan ada di situ nyeletuk, “mau bantu-bantu, kok gak bilang sama saya?”. Pertanyaan kepala madrasah tidak dijawab sama staf keuangan, karena semua tahu kepala madrasah sedang bercanda.

Selama ini memang di madrasah kami soal kebijakan kepada siswa miskin tidak jelimet. Seperti kasus pembelian 3 kitab untuk siswa miskin ini yang menangani TU, dan kepala madrasah sebelumnya tidak tahu. Kebetulan ketika siswa miskin itu “curhat” kepada TU, kepala sekolah dan waka sedang tidak di kantor karena ada kegiatan lain. Karena itu, TU langsung bereaksi cepat meski belum menyampaikan informasi kepada kepala madrasah atau waka tentang ini.

Kepala Madrasah marah? Tidak. Untuk merespon cepat kebutuhan siswa miskin, kepala madrasah longgar. Informasinya bisa belakangan. Termasuk Pengeluaran keuangan serta bukti-bukti bantuan kepada siswa miskin juga disampaikan belakangan. Kalau siswa miskin butuh bantuan hari itu, tentu kurang bijak jika harus menunggu lama, bukan?

Tadi pagi, siswa tidak mampu itu dipanggil ke kantor menghadap kepala madrasah. Dan kepala madrasah sendiri yang menyerahkan kitab itu. Saya membaca kitab itu sudah dibubuhi pesan oleh kepala madrasah. Bunyinya “ jangan berhenti belajar. Semoga bermanfaat”. Di bawahnya saya lihat tanda tangannya.

Ketika menerima, mata siswa itu berkaca-kaca. Ada keharuan yang menyelimuti bathinnya. Tetapi saya yakin, keharuannya adalah simbol senyuman. Setidaknya satu masalah sudah terpecahkan.

Matorsakalangkong

Sumenep, 13 Januari 2012

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun